![]() |
Ilustrasi waktu. Foto: Freepik |
Waktu bukan sekadar detik, menit dan jam, ia adalah raksasa tak terlihat yang terus melaju, merayap perlahan, lalu tiba-tiba menghantam tanpa ampun. Dia bersifat angkuh dan sombong tidak akan mau bertemu kamu kembali bahkan sedikitpun, kamu akan menyesal akibat kamu melalaikan dia, setiap saat dia datang menghampiri selalu mengingatkan kamu dalam mencapai sesuatu agar kamu tidak menyesal di masa yang akan datang.
Dalam surah Al-Asr disebutkan :
وَالْعَصْرِۙ
اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikam serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran”.
Dalam ayat tersebut betapa berharganya tentang waktu yang kita punya, Allah bersumpah dengan waktu menunjukkan pentingnya waktu dalam kehidupan manusia. Dalam Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan hadits tentang pentingnya waktu dan amal saleh, termasuk hadits Nabi :
“Ada dua nikmat yang banyak manusia tertipu padanya: kesehatan dan waktu luang”.
(HR. Bukhari, no. 6412).
Waktu bagi para ulama atau penuntut ilmu seperti pedang, dalam mahfizhat :
الْوَقْتُ كَالسَّيْفِ إِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ
“Waktu itu bagaikan pedang, jika kau tak memanfaatkannya, maka ia akan menebasmu”.
Bagi mereka waktu itu seperti pedang karena sesuatu yang sudah lalu tidak akan pernah kembali meskipun hanya sedetik. Mereka memanfaatkan waktu agar semua terbagi sesuai proporsinya masing-masing. Para ulama dulu mempunyai produktivitas sangat tinggi terkhusus dalam bidang keilmuan, seperti buku Al-Ihya Ulumuddin karangan Imam Al-Ghazali dan kitab ini sangat monumental (berkesan) bagi kalangan cendikiawan muslim dan masih banyak seperti : Imam Al-Bukhari, Imam Muslim, Imam An-Nawawi dan Imam Jalaluddin As-Suyuti.
Bahkan seorang Abdullah bin Mas’ud menyesal karena berlalunya satu hari dari usianya lewat sebuah syair yang dituturkanya :
Bila berlalu satu hari
Aku tidak berbuat sesuatu
Tidak juga menukil sebuah ilmu
Hari itu bukanlah dari usiaku