
Oleh: Shohibul Azka
Saat ini adalah masa depan dari masa lalu. Saat ini juga akan menjadi masa lalu di masa depan. Jika saat ini kita membayangkan masa lalu, maka akan terlintas kenangan-kenangan, entah itu kenangan baik ataupun buruk. Namun tidak usah dipikirkan terlalu dalam kenangan di masa itu. Apalagi jika kenangan buruk. Karena hal itu sudah terjadi dan ngapain harus capek-capek memikirkan yang telah terjadi. Duh, kayak ga ada kerjaan aja.
Membayangkan masa depan juga demikian. Tidak usah terlalu dalam untuk memikirkannya. Apalagi jika dibayang-bayangi masa lalu yang suram, pasti yang terlintas adalah bayangan yang suram juga.
Pada dasarnya tidaklah mengapa mengambil pelajaran di masa lalu agar ke depan bisa lebih baik lagi. Pun memikirkan masa depan, asal yang dibayangkan adalah hal positif, semata-mata agar hidup terarah. Namun saya ingatkan agar jangan berlebihan. Secukupnya saja ya. Saya pastikan jika memikirkannya secara berlebihan, maka hati mudah gelisah. Tentunya tidak enak bukan?
Pada topik kali topik yang akan saya angkat adalah "suramnya sosialisasi dan keharmonisan manusia di masa depan".
Membayangkan hal demikian adalah suatu keniscayaan, agar dapat dijadikan renungan oleh kita semua. Syukur-syukur hal tersebut dapat dihindari dengan merenungkannya sembari menjauhi penyebab-penyebabnya.
Coba saat ini anda renungkan. Betapa banyak manusia yang kita temui namun rata-rata sibuk dengan gadget mereka. Mereka senyam-senyum sendiri, bahkan tak jarang tertawa terbahak-bahak, padahal di samping sedang ada temannya. Namun naasnya, temannya juga sama seperti dirinya yang sibuk memainkan gadgetnya.
Ngajak ketemuan atau reunian. Giliran sudah pada ngumpul, tapi nyatanya sibuk dengan gadgetnya masing-masing. Ga ada faedah banget sih pertemuan itu. Meskipun itu ada, saya rasa hanya sedikit saja. Mending ga usah ketemu kalau ujung-ujungnya sibuk dengan hp masing-masing. Ngobrolnya lewat hp saja.
Bukan hanya itu. Kemana-mana hp tak pernah lepas. Saat di bis. Saat berjalan. Saat berkendara. Bahkan saat di WC pun hp seakan kita tak tega melepaskannya. Sehingga tak jarang banyak kecelakaan terjadi akibat lebih fokus ke hp.
Itulah yang terjadi saat ini. Mulai dari anak abg, remaja tanggung, orang dewasa, setengah dewasa, hampir rata-rata seperti itu. Betapa suramnya masa depan kelak jika hal ini terus-menerus terjadi.
Kemungkinan, akan terjadi reuni kakek-kakek dan nenek-nenek yang nantinya sibuk dengan hp masing-masing. Jeprat sana, jepret sini, jepret muka sendiri alias selfi untuk mengabadikan momen yang pada dasarnya tidak penting-penting amat.
Saudaraku. Marilah berbenah. Apakah hal negatif itu akan kita pertahakan selamanya? Apakah tidak memikirkan bagaimana anak cucu kelak jika kelakuan orang-orang tua di sekitarnya seperti itu?
Mari berbenah. Ajaklah ngobrol teman anda yang ada di samping. Ajaklah ia tertawa. Ajaklah ia berpikir untuk masa depan yang cerah. Ajaklah ia melakukan hal-hal positif.
Percayalah, mengobrol secara langsung jauh lebih nikmat dibanding lewat gadget.
*Penulis merupakan alumni Jurusan Ilmu al-Qur'an dan Tafsir, juga merupakan alumni PP. Lirboyo. Aktif diberbagai kajian keislaman dan pengajar di PP. Al-Ghozali.