Pemuda, Pilihannya Dua, Diubah atau Mengubah

Oleh : Arviansyah

Dewasa ini perkembangan zaman begitu pesat dirasakan, khususnya teknologi komunikasi yang didalamnya terkandung nilai positif dan negatif, kita semua tau nilai positif dari teknologi informasi itu banyak, tapi di sisi lain nilai negatif nya perlu kita waspadai dan kita harus senantiasa selektif dalam menggunakan teknologi informasi yang kita pakai sehari-hari.

Perubahan zaman menuntut kita sebagai pemuda agar peka terhadap tujuan adanya teknologi, terkadang dalam kehidupan sehari-hari dewasa ini dalam ranah teknologi informasi sering ditemui pemuda berkumpul bersama bermain game, pamer media sosial, dan menggunakan segala teknologi yang ada, hal itu baik-baik saja ketika dilakukan dalam batas wajar, apalagi dalam rangka menjalin nilai-nilai sosial, tapi di sisi lain kita harus senantiasa mengendalikan diri kita terhadap perkembangan zaman yang ada jangan sampai dengan kehadiran teknologi kita malah "dinina bobokan" olehnya.

Kita sebagai pemuda harus bisa mengendalikan ego kita, jangan sampai pola pikir dan karakter kita di ubah oleh situasi zaman, sebaliknya, kita sendiri yang seharusnya bisa mengubah dan menyeimbangkan perkembangan zaman ini menuju ke arah yang positif, baik untuk diri kita ataupun untuk lingkungan sekitar kita.

Perubahan terhadap karakter pemuda zaman sekarang memang menjadi "bulan bulanan" peradaban barat dalam rangka menjajah indonesia, khususnya para pemuda generasi penerus bangsa, yang menjadi sasaran penjajahan dalam bentuk baru atau "neo kolonialisme" dunia barat terhadap indonesia. Tak lain bahwa penjajahan dalam bentuk baru ini adalah "teknologi".

Kunci nya satu, yaitu membaca, membaca apapun. Membaca buku, membaca lingkungan sekitar, dan bahkan membaca diri kita sendiri. Akan kemana kita, akan menjadi apa kita? Dan harus bagaimana kita?. Perubahan pesat atas perkembangan zaman ini harus senantiasa kita renungi secara seksama, agar kita sadar sebagai pemuda bukannya diubah oleh zaman dan ditindas oleh zaman. Tapi sekali lagi saya tekankan, bahwa sesungguhnya kitalah yang harus menyesuaikan arus perkembangan zaman ini kepada nilai-nilai positif yang mengarah kepada kebaikan.

Pemuda sebagai tonggak utama perubahan dan sebagai generasi penerus bangsa harus senantiasa berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegera. Tetapi sebelum lebih jauh terlibat ke arah sana, kita sebagai pemuda yang pertama harus dilakukan adalah sadar akan peran dan fungsi kita, baik itu yang sedang menjadi mahasiswa ataupun yang sedang menjalankan usaha. Peran dan fungsi harus senantiasa kita pahami, renungi, dan jalankan, sesuai dengan profesi yang kita geluti, sehingga hal ini melembaga pada diri kita sendiri yang akan menjadi agen perubahan ke arah yang lebih baik untuk lingkungan sekitar ataupun masyarakat secara luas.

Pada kongres kebudayaan tahun 2019 dalam ceramah Budiman Sudjatmiko, beliau memberikan pandangan terkait empat hal yang harus di miliki oleh pemuda generasi penerus bangsa, yakni; 4C (Critical thinking, Creativity, Comunicaty, dan Colaboraty).

Pertama ialah critical thingking. Memang perlu kita sadari secara bersama bahwa perubahan zaman begitu pesat terus menerus kearah kemajuan, kita dituntut untuk mengembangan diri kita menjadi seorang yang kritis, kritis terhadap hal apapun, mampu melihat situasi kondisi dan mampu mengimplementasikan gagasan dan teori dalam ranah aplikasi kehidupan sehari-hari. Nalar atau daya kritis menjadi modal utama pemuda dalam rangka menghadapi era modern dan globalisasi, atau disebut oleh Budiman Sudjamiko sebagai fase ke empat dari revolusi industri.

Kedua yaitu Creativity. Ya benar, bahwa kreativitas adalah modal utama yang menjadi pelengkap dari nalar kritis. Dengan modal kreativitas, pemuda bisa menciptakan hal2 baru yang belum pernah ada, atau dalam kata lain memberikan dan menuangkan inovasi, sehingga pemuda indonesia diharapkan menjadi pelopor bukan pengekor.

Ketiga adalah Comunicaty. Selanjutnya komunikasi menjadi modal yang harus dimiliki dalam sosok pemuda, karena disadari atau tidak, peran teknologi informasi menuntut kita semua sebagai pemuda untuk berkomunikasi secara baik. Ketika tata cara atau nilai komunikasi seseorang tidak mumpuni dalam perkembangan globalisasi ini, mau tidak mau kita tertinggal atau "gaptek", kita sulit mengakses pemahaman dan berinteraksi dengan dunia di luar lingkungan kita, bahkan akan menghambat pola ide2 dan gagasan  dari nalar kritis yang kita miliki sehingga sulit untuk mensosialisasikannya ke khalayak ramai. Modal komunikasi disini tentu luas makna nya, bisa ditinjau dari komunikasi secara formal, non formal, atau bahkan komunikasi di media sosial, hal ini begitu penting kita kuasai, dalam rangka mengimplementasikan nilai2 kritis dan kreativitas kita.

Yang terakhir adalah Colaboraty. Kolaborasi menjadi modal terakhir dalam rangka pengembangan diri seorang pemuda di zaman revolusi industri tahap ke empat (revolusi industri 4.0) untuk mempersiapkan dan menjalani kancah pertarungan zaman dan agar kita sebagai pemuda tidak tergerus oleh situasi kondisi zaman yang bisa "meninabobokan" kita. Modal kolaborasi menjadi sangat penting untuk kemajuan dan perkembangan ide2 atau gagasan yang kita miliki, bisa saja kita wujudkan oleh diri sendiri, tetapi di sisi lain kita akan tertinggal oleh orang2 yang menyibukkan dirinya untuk memperluasan gagasan dan bekerja sama dengan sesamanya.

Benang merah yang kita dapatkan dari ke empat point di atas bahwa keempatnya tidak bisa dipisahkan satu sama lain, kesemuanya harus senantiasa berjalan beriringan, harus senantiasa kita upayakan melekat dalam diri kita sebagai pemuda, demi terwujudnya sebuah perubahan kearah kebaiakan dan pelopor bagi khalayak ramai, serta tidak tergerus oleh perkembangan zaman.

Dari perkembangan zaman yang begitu pesat, dan beberapa modal pemuda yang harus dimiliki selaku generasi penerus bangsa, merupakan bahan renungan dan refleksi kita bersama untuk senantiasa membangkitkan perjuangan dan perkembangan diri pribadi menuju lebih baik dari hari ke hari. Tuntutan2 zaman mengharuskan kita berusaha dengan sungguh2 dalam segala hal apapun yang kita lakukan sebagai pemuda, manusia2 yang berbudi luhur, bermoral dan mampu mengendalikan situasi zaman.

Manusia yang mampu berpikir secara rasional, kritis, sistematis, dan objektip, serta mampu mengimplementasikan segala gerak kehidupannya atas dasar kesempurnaan, yaitu teori dasar penciptaan dari manusia itu sendiri dalam sudut pandang islam. Hal inilah yang menjadi nilai kesempurnaan hidup seorang manusia. Manusia tidak hanya sekedar ada "being", tapi harus terus mengada/menjadi "becoming".

Dalam laku lampah kehidupan yang dialami oleh manusia khususnya seorang pemuda, harus senantiasa tidak ada pemisahan atau dikotomi antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, agama dan politik, individu dan masyarakat, serta iman ilmu dan amal. Semuanya satu kesatuan yang padu yang menandakan esensi kemanusiaan secara utuh.

Dan tak lupa dalam perkembangan zaman dan pola kehidupan yang semakin kompleks, pemuda harus sadar khususnya selaku muslis senantiasa menyandarkan segala keyakinan dan kepercayaan hanya kepada kebenaran mutlak, dan kebenaran mutlak itu adalah Tuhan Yang Maha Esa, yakni Allah SWT. 

Kenapa?
Kenapa sandaran dan segala kepercayaan kita gantungkan kepada kebenaran mutlak?

Karena seyogyanya tak pantas kita sebagai manusia yang nisbi, menggantungkan kepada sesuatu yang kebenarannya relatif, dan seluruh yang ada di dunia ini merupakan kebeneran relatif, dan kebenaran relatif ini bukan untuk kita tinggalkan seluruhnya, tetapi bagaimana cara kita agar mengumpulkan beberapa kebenaran relatif ini semata2 mengarah dan mendekatkan diri kita kepada kebenaran mutlak.

Tuhan Yang Maha Esa, merupakan yang awal dan yang akhir, yang dhahir dan yang batin. Tuhan Yang Maha Esa merupakan asal dan segala tujuan dalam kehidupan. Sehingga ketika kepercayaan dan seluruh gerak laku manusia dalam kehidupannya disandarkan kepadanya akan mewujud menjadi sebuah konsepsi berpikir yang utuh dan hanya mengarah kepada kebaikan semata. Karena semua sifat yang melekat kepada kebenaran mutlak merupakan gambaran utuh tentang kebaikan yang diberikannya dalam kehidupan.

Hal inilah yang menjadi dasar ideologi dan segala hal yang tercipta dari manusia, mulai dari gerak langkahnya, perilakunya, serta moral dan etikanya, akan senantiasa berfikir dalam konteks zaman seperti apapun sehingga tidak akan dirubah oleh situasi kondisi yang mengarah kepada kesengsaraan atau nilai2 negatif di dalamnya.

Dari beberapa argumentasi dan renungan sebagai manusia dan sebagai sosok pemuda, seperti disebutkan sebelumnya, bahwa pendekatan kepada kebaikan memang dibutuhkan, selain menjadi kebutuhan kita juga harus menjadikannya sebagai landasan dalam pemikiran atau ideologi, sehingga dapat mengantarkan kita kepada tarap hidup yang lebih baik dari hari ke hari.

Realitas zaman yang terjadi saat ini merupakan gambaran kecil dari grand desain Tuhan yang keberadaanya patut kita syukuri dan disisi lain patut kita renungkan, bahwa dengan perkembangan zaman ini kita selaku pemuda harus bisa mengambil intisari dari perjuangan nabi Muhammad SAW dimasa lalu sebagai sosok pencerah dan perubah peradaban, ketika melakukan perubahan struktur sosial dan moral yang bobrok pada bangsa arab di masanya. Bahwa seyogyanya ada misi penting yang harus di lakukan oleh manusia di muka bumi ini khususnya kita sebagai pemuda, selaku hamba dan selaku khalifah di muka bumi kita harus menjadi pelopor kemajuan dalam segala hal, pelopor nilai2 kebaikan, dan pelopor kebijaksanaan dalam mewujudkan peradaban yang baik dan bermoral. Hal ini tak lepas dari panutan kita semua sebagai sosok insan yang sempurna yakni Muhammad SAW yang sepak teejang kehidupannya bisa menjadi gambaran untuk kita selaku ummatnya.

Perjuangan yang kita lakukan dalam kehidupan seharusnya dilakukan semata-mata bukan atas pemenuhan nafsu diri sendiri saja, karena nilai-nilai kebaikan yang kita dapatkan jika diterima hanya untuk diri sendiri saja tidak akan bermakna ketika tidak disebarluaskan atau dipraktekkan lewat kehidupan kepada masyarakat sekitar. Kita selaku pemuda harus senantiasa menjadi sosok yang berperan penting dalam pembangunan, khususnya mahasiswa yang menjadi modal penting karena memiliki potensi yang luar biasa hebat, bukan hanya sisi nalar, ideologis, idealis, dan pendidikan semata, tapi selaku mahasiswa harus bisa membaca, membaca situasi kondisi dan melakukan perubahan kearah kebaikan pada peradaban.

Kita tidak sadar bahwa peran penting pendidikan selama ini telah menghanyutkan kita kepada nilai-nilai yang bersifat formalistik belaka, pendidikan dijadikan ajang pemenuhan kebutuhan pasar, lulusan sekolah dan para sarjana sering berpikiran bahwa semua yang telah ditempuhnya ini untuk menggapai perkerjaan dimasa depan dan untuk memenuhi kebahagiaan dirinya sendiri.

Dalam sudut pandang Ali Syariaty tokoh pembaharu islam dari Iran mengatakan, bahwa sesungguhya pendidikan dan nilai-nilai kebaikan tidak selayaknya kita pegang untuk diri sendiri, intelektual yang bermakna dan berguna adalah ketika dirinya mampu memformulasikan gagasan dan teorinya kepada aplikasi nyata serta mampu melakukan pengorbanan dan terjun langsung kepada kekacauan yang sedang terjadi dimasyarakatnya, inilah yang dia sebut sebagai rausyanfiqr, orang-orang yang tercerahkan, tercerahkan dalam makna luas ialah mampu berfikir, merenung, dan bertindak, dengan makna bahwa dibalik iman yang kuat harus dibarengi dengan ilmu pengetahuan, serta kedua hal ini mampu diaplikasikan dalam kerja-kerja kemanusiaan atau amal saleh. 

Nilai-nilai pada seseorang tidak akan berguna ketika tidak direalisasikan lewat kerja-kerja kemanusiaan yang mampu merubah peradaban ke arah yang lebih baik.

Penulis merupakan mahasiswa semester 7

Editor : Iid Muhyidin

Mau Kirim Tulisan Ke Web HMJ? Klik Disini

 

Previous Post Next Post