sumber gambar: share.america.gov
Oleh: Muhammad Reynaldi
Coronavirus Disease 2019 atau yang sering disebut Covid-19. Berawal dari munculnya sebuah virus di kota bernama Wuhan, China, yang saat ini sudah menginfeksi lebih dari 20 juta umat manusia di dunia. Sebuah kejadian luar biasa yang tidak terbayangkan sebelumnya akan menjadi separah ini. Fenomena yang dapat mematikan banyak sektor di suatu negara, bukan perang senjata, melainkan perang tehadap sebuah mikroorganisme, sehingga memaksa manusia untuk merubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Pandemi Covid-19 yang telah terjadi dalam kurun waktu 2 tahun belakangan telah menyebabkan banyak sekali problematika sosial. Dan gejala yang sangat nampak pada paparan dunia adalah dampak kemerosotan ekonomi secara global. Karena diantara kebijakan pemerintah-pemerintah dunia untuk mencegah wabah Covid-19 terus menular adalah dengan melakukan Work From Home (kerja dari rumah). Hal ini nampaknya bisa saja dilakukan oleh para pekerja-pekerja kantoran, Namun, hal ini mungkin akan sulit dilakukan oleh seseorang yang umumnya bekerja di luar rumah. Karena ada kebijakan yang hampir serupa, maka kemerosotan ekonomi menjadi momok yang menakutkan bagi negara-negara di dunia.
Kemunduran ekonomi pasca-terjadinya pandemi juga berdampak pada negara-negara yang berada di zona Asia Tenggara (ASEAN) . Seperti yang dilansir dari Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, yang menyebutkan bahwa lima dari enam negara ASEAN telah mengalami resesi. Resesi merupakan kemerosotan ekonomi yang tidak hanya disebabkan dari aktivitas ekonomi itu sendiri. Di antara negara-negara yang mengalami resesi adalah Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Negara Vietnam merupakan satu-satunya negara yang tidak mengalami resesi.
Kemerosotan ekonomi pada saat terjadinya pandemi berpandak pada beberapa sektor, di antaranya:
1. Jumlah pengangguran yang sangat naik.
Hal ini terjadi karena beberapa perusahaan yang mengalami kerugian pada saat pandemi, sehingga mengharuskan perusahaan tersebut melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawan-karyawannya.
2. Pinjaman Pemerintah yang melonjak tinggi.
Pada saat terjadinya pandemi, pendapatan perkapita dari tiap-tiap negara, khususnya di ASEAN telah menurun. Namun, disisi lain pemerintah harus tetap melanjutkan pembangunan negaranya. Sehingga hal yang terjadi adalah pemerintah-pemerintah di negara ASEAN terus menaikan peminjaman dana.
3. Harga Aset yang menurun
Selama pandemi terjadi, penurunan ekonomi global terjadi, sehingga pasar internasional khususnya di negara-negara ASEAN mengalami penurunan. Hal ini dipicu menurunnya tingkat permintaan konsumen. Contohnya selama pandemi virus corona, harga minyak dunia mengalami penurunan yang drastis akibat dari permintaan konsumen yang menurun.
4. Imbal Hasil Obligasi Menurun
Ketika suatu negara mengalami penurunan ekonomi, maka yang terjadi biasanya adalah imbal hasil obligasi yang menurun. Dikala penurunan ekonomi tersebut, tabungan cenderung mengalami peningkatan dan pasar menuntut keamanan obligasi dibandingkan saham.
Selain dampak ekonomi bagi pemerintah di negara-negara ASEAN, pandemi juga berdampak pada para pekerja. Para pekerja yang awalnya mempunyai pekerjaan dan mempunyai gaji tetap di tiap bulan, namun pada saat pandemi tiba, beberapa diantara mereka mengalami PHK. Ketika suatu masyarakat beralih menjadi pengangguran, maka problem yang berdampak bukan hanya pada sektor ekonomi, melainkan juga pada sektor sosial. Umumnya seseorang yang telah lama menganggur, cenderung lebih kuat untuk melakukan tindakan-tindakan kriminal, seperti vandalisme, pencopetan, begal, klitih, dan masih banyak lagi.
Faktor yang menyebabkan mundurnya ekonomi pada saat pandemi Covid-19 adalah: pertama, karena banyaknya kebijakan-kebijakan dari pemerintah di beberapa negara ASEAN yang memberlakukan sistem lockdown dan sosial distancing. Karena kebijakan ini seperti pisau bermata dua. Di satu sisi, sangat bermanfaat bagi pencegahan penularan virus Covid-19. Namun, disisi lain menyebabkan orang-orang sulit untuk bertransaksi secara langsung. Sehingga menyebabkan perekonomian menjadi mundur.
Kedua, wisatawan asing yang mengunjungi negara-negara ASEAN yang berkurang secara drastis. Hal ini bisa dilihat karena daya tarik wisatawan merupakan salah satu pengisi pendapatan ekonomi yang besar bagi tiap-tiap negara, terkhususnya ASEAN. Namun, karena kondisi pandemi yang berlangsung maka wisatawan pun menurun drastis. Sehingga pendapatan ekonomi perkapita negara menjadi turun.
Ketiga, terhambatnya proses ekspor -impor yang mengakibatkan proses produksi menjadi terhambat dan sektor bisnis jadi terganggu.
Keempat, banyaknya penundaan kegiatan investasi di negara-negara ASEAN. Karena para investor asing banyak yang menanamkan modal mereka kepada negara-negara ASEAN. Namun, karena pandemi sedang berlangsung maka para investor pada akhirnya memutuskan untuk menunda kegiatan investasi mereka.
Setelah pandemi selesai, negara-negara ASEAN segera bahu membahu untuk memajukan kembali perekonomian mereka. Hal ini dapat dilihat pada pertemuan 8th Joint Meeting of the ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors (AFMGM) yang diselenggarakan secara virtual pada 8 April 2022.
Dilansir dari Bank Indonesia.go.id., pada pertemuan AFMGM tersebut disepakati beberapa upaya prioritas dalam mendorong stabilitas dan integrasi keuangan ASEAN, antara lain:
- Mendorong proses integrasi lebih lanjut sektor jasa keuangan kawasan, termasuk melalui proses upgrading Annex Jasa Keuangan dalam perundingan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA).
- Menyambut baik telah diselesaikannya studi mengenai ASEAN Member States (AMS) “Financial Landscape Toward Furthering ASEAN Banking Integration in the Digital Era" yang akan menjadi masukan bagi penyempurnaan pedoman ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) menuju peningkatan integrasi perbankan di era digital.
- Mengapresiasi inisiatif Cross-Border QR Code Payment Linkages bilateral diantara negara anggota ASEAN, yang diharapkan dapat menjadi langkah awal bagi pengembangan jaringan pembayaran lintas batas di kawasan ASEAN. Inisiatif ini dapat menempatkan ASEAN sebagai yang terdepan secara global dalam konektivitas pembayaran ritel yang inklusif.
- Mendukung penerbitan ASEAN Taxonomy version, yang berisikan komponen kunci taksonomi keuangan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan anggota dan sejalan dengan inisiatif global dalam meningkatkan investasi dan pembiayaan berkelanjutan. Publikasi dan sosialisasi “Conversation Pack" juga diharapkan menjadi basis diskusi berbagai pihak agar mengutamakan keuangan berkelanjutan sebagai pilihan pertama dalam pembiayaan proyek berkelanjutan.
- Mendukung inisiatif bank sentral ASEAN untuk memperkuat agenda keuangan berkelanjutan melalui pembentukan dua workstream di bawah Senior Level Committee Task Force (SLC-TF), yang diarahkan untuk membangun kapasitas pada isu-isu di area keuangan berkelanjutan dan mengembangkan ASEAN Green Map.
- Melanjutkan komitmen untuk meningkatkan inklusi keuangan melalui peningkatan akses, penggunaan dan kualitas jasa keuangan di kawasan. Pertemuan juga mengapresiasi pencapaian rata-rata tingkat eksklusi keuangan di ASEAN yang telah melampaui target serta menyambut baik diterbitkannya "Policy Note on Digital Financial Literacy" dan “Measuring Progress 2021: Financial Inclusion in Selected ASEAN Countries" yang mendukung langkah inklusi keuangan serta integrasi inklusi keuangan dengan inklusi ekonomi secara keseluruhan.
- Mengapresiasi penyelesaian Policy Note on Capital Account Safeguard Measures Recent Experiences dan penyampaiannya ke International Monetary Fund guna memperkaya khazanah diskusi Integrated Policy Framework dari sudut pandang negara anggota ASEAN.
Harus menjadi prioritas utama, ketahanan ekonomi pasca terjadinya pandemi harus mulai dilakukan. Selain untuk menumbuhkan kembali dan menjaga kekuatan ekonomi seperti sediakala, strategi ketahanan ekonomi juga harus dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya pandemi di masa yang akan datang. Diantara hal-hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah untuk mengantisipasi hal serupa adalah :
- Mengadakan bantuan dan sosialisasi kepada UMKM kecil mengenai solusi jual-beli online yang bisa dilakukan, jika seandainya keadaan memaksa diberlakukannya Work From Home (WFH)
- Melakukan pengecekan detail mengenai APBN yang akan dikeluarkan oleh negara. Hal ini dilakukan, untuk mencegah terjadinya pemborosan APBN oleh para pejabat pemerintah yang menggunakan dana APBD tersebut untuk hal-hal yang tidak penting. Seperti: Televisi di Ruang DPR, gorden seharga milyaran, serta pengharum ruangan bernilai ratusan juta. Untuk bisa melakukannya, pemerintah harusnya mulai untuk melihat kondisi urgensi dari penggunaan dana APBN tersebut. Kalau hal tersebut tidak bisa dilakukan, maka yang akan menjadi tumbal adalah rakyat. Hal ini bisa terlihat ketika mereka merasakan rasa sakit dan beratnya ketika BBM mulai naik.
- Memberantas para pelaku koruptor di segala sektor. Nampaknya korupsi seperti sudah menjadi hal yang lumrah terjadi, bahkan untuk bantuan sosial Covid-19 bisa dikorupsi juga. Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah juga. Karena korupsi adalah masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara ASEAN. Maka dari itu, korupsi harusnya bisa segera dihancurkan sampai ke akar-akarnya.
- Jika seandainya pandemi kembali terjadi, fokus yang menjadi utama pemerintah harusnya sektor kesehatan dan ekonomi. Bukan pada persoalan lain, seperti pemindahan Ibu Kota Negara (IKN). Pemerintah di negara-negara ASEAN harus bisa bersikap peduli kalau pandemi kembali terjadi.
- Dewi, dkk. 2021. Pengaruh Covid-19 terhadap Perekonomian di Negara ASEAN. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP), Vol. 5 No. 3
- https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-release/Pages/sp_2410122.aspx
Editor: Nurfadilah