Anxiety Disorder dalam Perspektif al-Qur’an

Oleh: Suqya Shopi Rahma Kamila

Anxiety disorder atau lebih dikenal dengan gangguan kecemasan yang wajar dirasakan oleh anak-anak, ataupun orang dewasa. Misalnya rasa khawatir saat diharuskan berbicara di depan umum atau menghadapi ujian. Namun, ketika rasa khawatir itu sering terjadi dan menggangu kehidupan sehari-hari akan berkembang menjadi suatu masalah.

Menurut Moss, kecemasan atau anxiety adalah respon manusia terhadap ancaman atau bahaya, setiap pengelolaan kecemasan melibatkan persepsi bahasa dan pikiran tentang bahaya. Rasa khawatir dan takut, dalam batasan tertentu, dapat membantu menjaga kita dari marabahaya. Akan tetapi, ada kalanya, rasa cemas membuat keadaan terasa lebih buruk dari yang sebenarnya terjadi dan membuat kita kewalahan. Kekhwatian yang berlangsung berkepanjangan dapat menyebabkan kecemasan yang berjangka panjang. 

Dalam perspektif al-Qur’an mengenai gangguan kecemasan ialah menjelaskan beberapa pembahasan mengenai kecemasan diantaranya kata khauf (takut, kecemasan), yahzan (sedih), dhayq (kesempitan jiwa), dan halu’a (cepat gelisah). 

Khauf (ketakutan)

Secara bahasa kata khauf ialah takut, cemas, kebimbangan, dan diartikan juga faza yang artinya khawatir. Khauf berarti sebagai kondisi saat hati tidak tenang dengan perkara di masa datang atau sesuatu yang belum terjadi. Dari kata khauf memiliki kedekatan makna dengan kata khashyah yang tingkat ketakutannya sangat besar. Menurut Ibn al-Qayyim, orang yang mengalami khauf, merespon dengan lari dan menjauh dari obyek yang ditakuti, sedangkan orang yang mengalami khashyah bereaksi dengan pengetahuan dan mendekat kepada objek. Dalam al-Qur’an kata khauf diulangi sebanyak 124 kali, yang terdiri dari kata benda sebanyak 40 kali, kata kerja 84 kali.

Yahzan (sedih)

Yahzan dari kata hazn, atau huzn yang artinya sedih, kesulitan, sengsara. Sedih diartikan kurangnya kebahagiaan dan kesenangan. Sedih adalah kondisi hati tidak tenang berkaitan dengan masa lampau. Kerasnya kehidupan dan kerasnya hati seseorang yang menjadikanya kegelisahan, kesengsaraan dan duka. Dalam al-Qur’an terdapat 42 kali. 16 kali beriringan dengan kata khauf

Perbedaan takut dan sedih, takut adalah kegoncangan hati yang menyangkut sesuatu yang negatif di masa akan datang. Sedangkan sedih kegelisahan yang menyangkut sesuatu negatif yang pernah terjadi. Bisa jadi mereka takut, tetapi ketakutan itu tidak mengatasi kemampuan untuk bertahan dan juga meliputi seluruh jiwa raga, begitupun dengan kesedihan. Sebagai manusia tentu tidak luput dari rasa kesedihan, tetapi itu tidak akan berlanjut. Dalam firman-Nya QS. Al-Baqarah: 38

قُلْنَا ٱهْبِطُوا۟ مِنْهَا جَمِيعًا ۖ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّى هُدًى فَمَن تَبِعَ هُدَاىَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

"Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati."

Dhayq (kesempitan jiwa)

Dhayq dari kata daqa, yang artinya sempit, ragu dalam hati. Dalam al-Qur’an kata dhayq disebanyak 13 kali, dipakai untuk kata benda sebanyak 5 kali. Sedangkan, dalam kata kerja disebutkan 8 kali. Kesempitan jiwa adalah perasaan gundah gulana atau keraguan yang ada dalam hati seorang manusia. Allah berfirman dalam QS. an-Nahl: 127

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ

"Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan."

Halu’a (cepat gelisah)

Halu’a dari kata hala’ yang artinya cepat gelisah. Hala’ diartikan juga hirsh yang artinya kikir, kesedihan yang mendalam. Dalam pendapat lain diartikan ragu-ragu, cemas, resah, kurang sabar, dan berkeinginan meluap-luap. Keinginan meluap yang menjadikan manusia goyah dan bimbang ketika ia disentuh oleh keburukan dan enggan memberi kebaikan ketika memperolehnya serta mengutamakan dirinya sendiri atas orang lain, kecuali apabila ia menilai bahwa memberinya mengundang kedatangan kebaikan dan manfaat yang lebih besar darinya. Dalam al-Qur’an kalimat halu’a ditemukan satu kali dalam QS. al-Ma’arij: 19 

إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ خُلِقَ هَلُوعًا

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir."

Referensi:

Sany, Ulfi Putra. 2022. Gangguan Kecemasan dan Depresi Menurut Perspektif Al-Qur'an. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia, Vol. 7, No. 1

Nuhaya, Halida Ulin. 2020. Psikologi Kecemasan dalam Al-Qur'an. Skripsi IAIN Salatiga

Penulis merupakan mahasiswa semester 5

Editor: Nurfadilah

Mau Kirim Tulisan Ke Web HMJ? Klik Disini

sumber gambar: rencanamu.id
Previous Post Next Post