Bangsa
Indonesia adalah bangsa multikultural. Bagaimana tidak kita memiliki kurang
lebih 17.000 pulau, 733 bahasa daerah, 1.300 suku dan 6 agama. Ini membuktikan
bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya dan watak yang
berbeda. Watak sendiri bisa terkonstruk oleh letak geografis daerah itu
sendiri. Kita tidak bisa menyamakan antara watak orang yg tinggal di pesisir
pantai yang notabene keras dengan orang yang tinggal di kota.
Indonesia
yang kaya akan segalanya pasti rentan adanya keretakan kerukunan bangsa. Ini
bisa terjadi disebabkan karena pemahaman tentang nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila tidak dipahami dan tidak diresapi.
Pancasila
adalah ideologi dan falsafah kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila terlahir
bukan dari tatapan kosong para pendahulu, tetapi lahir dari kesepakatan
politik, budaya, dan agama. Pancasila harus di pahami secara utuh dan
menyeluruh seperti halnya yang di rumuskan oleh para pendahulu bangsa.
Menurut
Yudi Latif (2011), Pancasila merupakan ideologi Negara ideal paripurna.
Membicarakan ideologi bangsa, pancasila sudah tidak bisa ditawar- tawar lagi.
Ia absah dan final bagi Indonesia. Sebagai sebuah pandangan hidup, pancasila
merepresentasikan nilai-nilai kebangsaan bagi terjalinnya kehidupan berbangsa yang
apik dan berbudaya.
Kelima
sila dalam pancasila adalah proses kehidupan berbangsa. Pada setiap sila
terdapat untaian rangkaian nilai-nilai kebangsaan sekaligus kebudayaan. Para
leluhur bangsa menjadikan pancasila sebagai kunci bagi kemajemukan budaya,
suku, dan juga agama. Sebagai sebuah ideologi pancasila pantas dibanggakan
karena mewakili seluruh konsepsi kebangsaan sebagai cita-cita mulia.
Pancasila
sebagai Ideologi terbuka dijadikan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila ini bisa di implementasikan
pada kehidupan yang fleksibel, menjawab tantangan zaman, dan tak lupa
mempertahankan prinsip inti yang menjadi pandangan hidup bangsa.
Menurut Bams Education, nilai dasar Pancasila adalah prinsip-prinsip yang
diterima sebagai landasan yang mutlak, nilai dasar dianggap benar dan tidak
perlu dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai
keadilan.
Dengan demikian nilai dasar ini merupakan inti dari sila-sila Pancasila yang
universal, sehingga mengandung cita-cita, tujuan, dan nilai-nilai yang baik dan
benar. Cita-cita dan tujuan negara diuraikan dalam pembukaan Undang-undang
Dasar atau UUD 1945.
Pancasila
harus di pahami secara komprehensif tidak dengan parsial satu sila sila dengan
sila yang lain. Pancasila tidak boleh dipahami ke arah pemahaman yang
menyimpang seperti sekularisme, komunisme atau liberalisme. Pun agama harus
dipahami secara moderat dengan tidak melupakan inti dari ajaran agama tersebut
dan bukan ajaran agama yang mengarah ke ekstrim, radikalisme, atau liberalisme.
(Sumber: Nasionalisme.id)
Mengutip
dari
Presiden ke-4 KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tuturnya agama dan kebangsaan
adalah sebuah ikatan. Antara agama dan berbangsa adalah jodoh yang tidak bisa
ditawar- tawar lagi. Agama memiliki peran begitu penting dalam perjuangan
kemerdekaan bangsa. Agama merupakan representasi sebuah perjuangan teologis
berkebangsaan. Maka tidak bida dipungkiri oleh siapapun jika agama menjadi kekuatan
paling penting bagi bangsa, melalui toleransi, mengingat di mana Indonesia
memiliki kemajemukan agama yang luar biasa.
Penandaan
pentingnya toleransi dan kerukunan umat beragama bertujuan mempertahankan sikap
kebangsaan yang kuat. Bhineka Tunggal Ika bukan sekedar slogan
tanpa nilai. Ia merupakan representasi sistem kebudayaan atas berbagai
keragaman kehidupan berbangsa. Leluhur bangsa telah jauh lebih dahulu menyadari
pentingnya kesadaran bertoleransi antar agama demi kehidupan berbangsa dan berbhineka.
Keragaman
agama terutama mesti disikapi dengan terbuka, saling toleran dan menjaga
kerukunan. Dalam konsep pluralisme agama (toleransi) mestinya yang paling utama
adalah mengedepankan kepentingan sosial-kemasyarakatan, bukan berdasar
keyakinan. Dengan demikian, pancasila mestinya menjadi landasan teologis bagi
agama- agama, tujuannya untuk menjaga sikap saling menghargai perbedaan.
menjaga kesantunan dan keramahan dalam kehidupan sosial- keagamaan.
Lalu
bagaimana dengan kita selaku bagian dari bangsa Indonesia yang kaya akan
segalanya ini memahami dan mengimpelementasikan Pancasila ?
Tentunya
dengan cara tersendiri meresapi setiap sila, setiap nilai, dan setiap kandungan
didalamnya. Dengan berdiskusi yang diadakan di setiap sudut-sudut kampus, di
setiap warung kopi, di teras kost, itu yang sangat bisa kita lakukan untuk
memikirkan bagaimana Pancasila ini dapat merekatkan umat.
Dengan
demikian, kita termasuk orang yang memikirkan nasib bangsa ini kedepan.
Sejatinya, kitalah yang akan memimpin bangsa ini dimasa yang akan datang. Mari
siapkan amunisi pemahaman, memberi nutrisi pemikiran dengan bahan bacaan segar,
berdiskusi dengan semua orang, lalu tibalah pada puncaknya kita bisa
mengedukasi lingkungan sekitar.
Teringat
kutipan dari Bapak Proklamator "Aku lebih senang pemuda yang merokok dan
minum kopi sambil diskusi tentang bangsa ini, daripada pemuda kutu buku yang
memikirkan diri sendiri." Mungkin dengan kita berdiskusi memikirkan bangsa
ini akan disenangi para pendahulu. Setidaknya kita sudah termasuk orang yg
memikirkan bangsa meski belum bisa membangun bangsa secara nyata.
Editor: Muhammad Wildan Najwanuddin