Oleh: Muhammad Wildan Najwanuddin
Penulis merupakan Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Semester 5
Di era digital ini, informasi tersebar dengan sangat mudah dan cepat, tentunya dengan jangkauan yang lebih luas dan dalam waktu yang singkat. Keadaan ini dapat diibaratkan seperti tetesan air hujan yang jatuh dari langit dan membasahi tanah karena terlalu banyak informasi yang tersebar dalam waktu yang bersamaan. Dalam hal ini, besar kemungkinan informasi hoax dan informasi real tercampur dan terkadang masyarakat masih belum bisa membedakan antara informasi real dan informasi hoax.
Kebanyakan masyarakat Indonesia yang konsumtif masih mudah terpengaruh dan mempercayai beredarnya suatu informasi tanpa menelusuri keaslian setiap informasi yang diterimanya, apalagi di era digital dimana banyak sekali informasi yang beredar sekaligus dan tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Oleh karena itu, di Indonesia sering terjadi kerusuhan yang disebabkan oleh hoax. Kerusuhan akibat hoax ini berdampak negatif terhadap kelangsungan hidup dan mengganggu kenyamanan masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukanlah solusi atas permasalahan tersebut, salah satu caranya yaitu dengan meningkatkan literasi digital.
Melansir artikel dari sohib.indonesiabaik.id, Dikutip dalam buku Peran Literasi Digital di Masa Pandemik (2021) karya Devri Suherdi, literasi digital merupakan pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital, seperti alat komunikasi, jaringan internet dan lain sebagainya. Kecakapan pengguna dalam literasi digital mencakup kemampuan untuk menemukan, mengerjakan, mengevaluasi, menggunakan, membuat serta memanfaatkannya dengan bijak, cerdas, cermat serta tepat sesuai kegunaannya.
Literasi digital sangat penting di era digital saat ini. Berikut beberapa cara untuk meningkatkan literasi digital:
1. Belajar dari sumber-sumber terpercaya
Memperoleh informasi dari sumber terpercaya merupakan langkah awal menuju literasi digital. Pastikan untuk memeriksa apakah sumber tersebut terakreditasi secara sah dan memiliki reputasi yang baik dalam memberikan informasi yang akurat.
2. Meningkatkan keterampilan mencari informasi
Peningkatan kemampuan mencari informasi secara online juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan literasi digital. Dengan mempelajari cara mencari informasi secara efektif dan efisien, kita dapat memperoleh informasi akurat dengan lebih mudah dan cepat.
3. Meningkatkan kemampuan analisis
Meningkatkan kemampuan analisis juga menjadi faktor penting dalam literasi digital. Kita harus belajar mengenali dan memeriksa berbagai aspek informasi yang kita terima, seperti sumber, kebenaran, dan tujuannya.
4. Meningkatkan pemahaman tentang keamanan cyber
Pemahaman yang lebih baik tentang keamanan siber penting untuk meningkatkan literasi digital. Hal ini melibatkan pemahaman risiko keamanan online dan cara menghindari atau menangani ancaman tersebut, seperti serangan malware, phishing, dan peretasan.
5. Terlibat dalam komunitas online
Berpartisipasi dalam komunitas online dapat membantu meningkatkan literasi digital. Kita dapat berpartisipasi dalam diskusi, forum, dan grup online untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain yang memiliki minat serupa. Hal ini juga dapat membantu kita memperoleh lebih banyak informasi dan memperkuat jaringan sosial kita.
6. Terus belajar dan memperbarui pengetahuan
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, penting bagi kita untuk terus belajar dan memperbarui pengetahuan digital kita. Mendaftar untuk menerima buletin, mengikuti kursus online, atau membaca artikel dan buku tentang topik ini dapat membantu kita tetap mendapat informasi dan terus mengembangkan pengetahuan digital kita.
Selaras dengan cara meningkatkan literasi digital yang telah dipaparkan di atas, Al-Qur’an menawarkan salah satu solusi untuk mengatasi bahaya hoax ini yang tercantum dalam QS. Al-Hujurat: 6
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan (-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.”
Jika memperhatikan ayat di atas, ada 2 kata kunci yang membahas tentang suatu berita, yaitu:
1. Kata naba’ sering digunakan dalam arti berita yang penting. Seperti di dalam ayat di atas tidak menggunakan kata khabar yang artinya kabar atau berita secara umum, baik yang penting maupun tidak. Hal ini mengidentifikasikan bahwa ketika ada berita perlu adanya sikap memilah informasi tersebut. Ada 2 hal yang perlu dipilah dalam menerima berita untuk bertabayun atau dicari kejelasan beritanya, yaitu esensi berita itu penting atau tidaknya dan orang yang membawa berita. Jika masyarakat Indonesia melakukan hal tersebut, tentu tidak akan mudah terhasut dengan maraknya hoax untuk menghindari kerusuhan.
2. Kata bi jahalah memiliki arti tidak mengetahui atau memiliki makna yang sama dengan kejahilan, yaitu perilaku seseorang yang kehilangan kontrol dirinya sehingga melakukan hal-hal yang tidak wajar, baik atas dorongan nafsu, kepentingan sementara maupun kedangkalan pandangan. Selain itu, istilah ini mengandung makna mengabaikan nilai-nilai ajaran ilahi. Artinya penerima berita harus sadar akan berita yang diterimanya. Hal ini bertujuan agar setiap respon yang dihasilkan setelah menerima berita tersebut didasarkan pada ilmu dan pertimbangan rasional serta nilai-nilai yang ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa ta'âlâ.
Ayat di atas dalam Tafsir al-Misbah merupakan salah satu landasan yang didirikan agama dalam kehidupan bermasyarakat dan merupakan ayat yang mengandung petunjuk yang baik bagi penerimaan dan penerapan suatu berita. Kehidupan dan pergaulan manusia harus berdasarkan pada apa yang diketahui dan jelas. Meski media sosial memberikan kemudahan dalam mengakses informasi, namun tidak semua orang yang memberikan atau membagikan informasi tersebut jujur dan berintegritas sehingga hanya menyebarkan hal-hal yang baik. Namun ada juga yang sebaliknya, yaitu jujur dalam menyampaikan informasi.
Oleh karena itu, setiap pesan yang diterima harus disaring terlebih dahulu agar langkah menyikapi pesan tersebut benar-benar jelas, sesuai dengan nilai-nilai sakral dan berdasarkan pertimbangan logis. Sekalipun anda seorang muslim, anda tetap tidak menutup kemungkinan untuk menyebarkan hoax karena anda mempunyai sasaran khusus yang diciptakan karena lemahnya iman anda (sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an sebagai penjahat). Oleh karena itu, kita harus menjaga kestabilan iman kita agar terhindar dari para penipu. Namun jika dirunut lebih jauh, tidak ada satu pun istilah hoax yang dianggap baik oleh Al-Qur'an. (Muhammad Wildan Najwanuddin)