IqtafNews—Sebagai bagian dari program IQTAF Mengabdi, Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir (HMJ IQTAF) UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon melaksanakan Seminar Pengelolaan Sampah sebagai bentu kepedulian terhadap lingkungan yang bertempat di Balai Desa Bojong lantai 2, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan, pada Jum’at, 27 Juni 2025 (27/06/2025).
Kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan
sampah semakin meningkat di Desa Bojong. Hal ini tampak dalam kegiatan seminar
yang berlangsung pada pukul 13:30 hingga 15:00 WIB. Seminar tersebut dihadiri
oleh seluruh mahasiswa IQTAF Mengabdi dan masyarakat desa, khususnya ibu rumah
tangga, dan dipandu langsung oleh Farida, aktivis lingkungan dan Direktur
Eksekutif Yayasan Wangsakerta Cirebon.
Farida
menyampaikan pentingnya pemilahan sampah organik, anorganik, dan residu sejak
dari rumah tangga sebagai langkah awal menjaga kelestarian lingkungan dan
kesehatan masyarakat. Selain itu, Farida menjelaskan pentingnya pemilahan sampah sejak
dari rumah dan menjadwalkan pengangkutan secara terpisah agar proses daur ulang
lebih efektif.
Farida juga menjelaskan
cara mengolah limbah organik menjadi kompos dan media tanam menggunakan
bahan-bahan yang tersedia di rumah, seperti sisa makanan, air cucian beras, dan
kotoran hewan. Menariknya, peserta
juga diperkenalkan pada teknik membuat IEM4 (bakteri pengurai alami) dari nasi basi dan gula,
sebagai cara mempercepat proses pembusukan sampah organik.
Seminar
juga membahas dampak negatif jika sampah tidak dikelola dengan baik, seperti
pencemaran air tanah, produksi gas metana yang berkontribusi pada pemanasan
global, serta meningkatnya risiko penyakit akibat sanitasi yang buruk.
Seminar ini tidak hanya menyoroti
aspek lingkungan, tapi juga mengangkat isu ketahanan pangan dan konservasi air. Yaitu menerapkan teknologi sederhana seperti sumur
resapan, biopori, dan penampung air hujan. Ia juga menekankan pentingnya
menanam tanaman penyimpan air seperti kelor, yang tidak hanya bergizi tetapi
juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Seminar
juga menyinggung potensi ekonomi dari limbah rumah tangga. Misalnya, minyak
goreng bekas yang bisa dijual seharga Rp4.000 hingga Rp6.000 per liter, Farida juga
mengajak peserta menanam sayuran secara mandiri, menggunakan pupuk dari sampah organic.
Kegiatan
ini diakhiri dengan ajakan kepada seluruh peserta untuk mulai bertindak nyata
dari rumah masing-masing, menjadikan sampah sebagai sumber manfaat, bukan masalah.
IQTAF
Mengabdi ini juga menjadi bukti kontribusi nyata
mahasiswa dalam memberikan edukasi lingkungan dan membangun kesadaran
masyarakat desa terhadap pentingnya pengelolaan sampah yang berkelanjutan.
Penulis: Indri K.