![]() |
Santri mengaji bersama. Pinterest/salsabilla s |
Karya: Maftuha Salmah Salsabila
Di bawah naungan atap yang kusam kami singgah.
Tempat tidur kami hanya beralaskan tikar seadanya.
Makanan kami tak semewah makanan restoran.
Kehidupan kami tak luput dari aturan.
Kami dititipkan dengan segenap harapan orang tua.
Kami hanya berbekal segenap jiwa dan keikhlasan untuk menimba ilmu.
Di luasnya dunia yang diselimuti kegelapan,
Kami menjadikan pesantren sebagai sumber cahaya.
Dari kesederhanaan kami lahir.
Dari tata krama diri kami terbentuk.
Dari dawuh para murabbi kami menanamkan rasa juang.
Dari mengkhidmah kami mencari keberkahan.
Hari-hari kami tak luput dari lalaran bait-bait nazam.
Suara azan yang khas dari sang muazin selalu menggema dalam lima waktu kami.
Kitab-kitab yang dikaji menjadi teman kami setiap hari.
Lantunan kalam Ilahi yang kami baca menjadi pelembut hati kami.
Dalam hati kami tertanam mimpi yang membara demi masa depan bangsa.
Dengan ilmu, kami ingin mengubah nasib bangsa.
Kami agungkan syiar yang kami bawa,
dan menggaungkan kebenaran dalam perjuangan.
Hari santri bukan hanya tentang pesantren.
Tetapi tentang perjuangan kami mencari cahaya,
di tengah dunia yang begitu ramai menilai.
Kami akan tetap teguh dalam pendirian.
Kami santri,
mengikrarkan janji,
bahwa sekali santri tetaplah santri,
dan tak mengenal istilah mantan santri.
Penulis: Maftuha Salmah Salsabila | Editor: Taufik Fazri
COMMENTS