![]() |
Kota madinah. Pinterest/Zubi-K |
Karya: Hasby Muhammad Ilyas
Di ufuk Madinah, cahaya baginda bersinar,
Utusan Tuhan, rahmat bagi semesta alam.
Sunahnya bagai sungai yang tak pernah kering,
Menyirami jiwa yang haus akan kebenaran.
Dalam tejasnya—cahaya abadi Sanskerta—
Kita temukan virya, keberanian untuk melangkah.
Bangkitlah, wahai hati yang terpuruk,
Ikuti jejaknya, biar dunia pun tak lagi gelap.
Ketika badai datang, menghantam relung dada,
Sunah sang utusan jadi benteng tak tergoyahkan.
Salat malamnya, bagai mantra dharma yang suci,
Membersihkan dosa, membangun kekuatan baru.
Dari Gua Hira, lahir pesan penuh semangat,
“Iqra”, bacalah, bangkit dari ketidaktahuan.
Jangan biarkan kegelapan menelan mimpi,
Dengan sunahnya, kau jadi pahlawan diri sendiri.
Lihat baginda di tengah gurun yang panas,
Sabarnya sunah, obat bagi luka yang dalam.
Puasa Ramadan, latihan jiwa untuk teguh,
Membentuk atma—jiwa Sanskerta yang mulia—
Tak ada lagi lemah, tapi penuh shanti damai.
Bangkit dari kegagalan, seperti Nabi di Thaif,
Batu di lempar, tapi hatinya tetap tegar
Sunah itu kunci, buka pintu kebahagiaan.
Wahai pemuda, jangan biarkan dunia merayu,
Ikuti akhlak baginda, lembut tapi tegas.
Sedekahnya sunah, alirkan karma kebaikan,
Tanam benih harapan di tanah yang kering.
Dari perjuangan uhud, lahir pelajaran besar,
Kekalahan bukan akhir, tapi awal bangkit.
Dengan tejas Rasul, nyalakan api di dada,
Jadi pemimpin umat, penuh virya dan iman.
Perempuan pun, sunahnya bagai bintang malam,
Khawula binti Tsa’labah, pedang di tangan teguh.
Jangan takut, bangkitlah dari belenggu ketakutan,
Sunah baginda ajarkan kita tentang kesetaraan.
Dalam shanti hati, temukan kekuatan sejati,
Ikuti hijrahnya, tinggalkan yang buruk ke belakang.
Madinah baru lahir dari langkah berani,
Sunah itu panggilan, untuk kau yang terluka.
Penulis: Hasby Muhammad Ilyas | Editor: Taufik Fazri
COMMENTS