|  | 
| Santri sedang belajar. Pinterest/Ines | 
Karya: Hasby Muhammad Ilyas
Di antara desir waktu dan debu jalan,
santri menapaki pagi dengan kitab di tangan,
melafazkan huruf-huruf langit
yang tak terbaca oleh pandangan dunia yang sibuk pada rupa.
Mereka bilang..
santri hanyalah bayang masa lampau,
tak bergaun modern, tak bermahkota digital,
padahal di dada mereka tersimpan cahaya
yang menuntun bangsa di kala gelap menjalar.
Di pondok yang sunyi,
doa mengalir tanpa kamera,
tangis malam menjadi saksi
bahwa ilmu bukan sekadar gelar,
tapi cahaya yang menembus kabut zaman.
Namun publik kini rabun,
mata terhalang kilau dunia,
tak paham bahwa sorban lusuh
kadang lebih suci dari dasi yang menipu nurani.
Santri berjalan di pinggir perhatian,
namun langkahnya teguh,
karena ia tahu..
di setiap sujudnya ada rahasia kemenangan,
dan di setiap pengorbanannya ada ridha Tuhan.
Biarlah mereka tak memahami,
biarlah tepuk tangan tak pernah datang,
sebab santri tak butuh panggung manusia
cukup surga yang menunggu
di balik sabar dan istiqamahnya perjuangan.
Penulis: Hasby Muhammad Ilyas | Editor: Taufik Fazri
 
							     
							     
							     
							     
 
 
 
 
COMMENTS