Di era digital, perkembangan teknologi yang sangat cepat membuat informasi tersebar begitu luas dan sulit dibendung. Kondisi ini menimbulkan fenomena media fatigue yang menyebabkan kecemasan akibat kelebihan informasi. Al-Qur’an dipahami sebagai kitab yang berisi nasihat, petunjuk, dan peringatan untuk menata kehidupan agar tetap terarah. Ayat-ayat Al-Qur’an menegaskan bahwa siapa pun yang mengikuti petunjuknya tidak akan merasa takut maupun bersedih. Oleh sebab itu, penelitian ini menyoroti pentingnya kembali kepada Al-Qur’an sebagai rujukan di tengah tekanan kehidupan modern.
Selain itu, berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa Al-Qur’an menawarkan cara-cara untuk mengatasi mental health melalui salat, zikir, tawakal, dan membaca Al-Qur’an. Temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa ajaran Islam memiliki pendekatan spiritual yang mampu meredakan kecemasan modern. Pada posisi ini, penelitian sekarang hadir sebagai pelengkap sekaligus penguat dari kajian psikologi Islam. Penelitian ini menambahkan perspektif baru berupa konsep rida dan qana’ah yang juga sangat penting untuk menata kondisi kejiwaan. Dengan demikian, penelitian ini memperluas cakupan metode Qur’ani dalam menghadapi tekanan hidup di era digital.
Sementara itu, qana’ah berarti merasa cukup dan tidak iri terhadap nikmat orang lain. Konsep ini diperkuat oleh Q.S Al-Nahl 97 yang menjelaskan bahwa kehidupan baik diberikan kepada hamba yang beramal saleh dan bersikap qana’ah. Lawan dari qana’ah adalah asraf, yaitu sifat berlebihan yang dilarang dalam Islam sebagaimana disebutkan dalam Q.S Al-A’raf 31. Sikap qana’ah mendorong seseorang untuk hidup sederhana, bersyukur, dan menjaga diri dari sifat konsumtif yang merusak. Oleh karenanya, qana’ah menjadi prinsip penting untuk mengendalikan keinginan di tengah derasnya budaya materialisme digital.
COMMENTS