Pemaknaan Eksistensial Buya Syakur terhadap Tafsir Fî Zhilâl al-Qur`ân Karya Sayyid Qutb di Channel YouTube Wammimma Penelitian ini mengkaji fenomena transformasi ontologis sebuah teks yang dikenal ekstrim melalui lensa Hermeneutika Eksistensial Martin Heidegger. Fokus utama adalah menganalisis bagaimana Buya Syakur Yasin, seorang ulama Indonesia yang dikenal sangat moderat dan inklusif, melakukan penemuan makna keberadaan (Sein) dalam karya tafsir Fî Zhilâl al-Qur`ân (Di Bawah Naungan Al-Qur'an) karya Sayyid Qutb, yang secara luas didiskusikan sebagai fundamentalis.
Penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan eksistensial: Bagaimana Dasein (keberadaan-di-dunia) Buya Syakur, yang disukai oleh pra-pemahaman moderatnya, dapat membaca dan merekontekstualisasi teks yang berpotensi radikal untuk menghasilkan pemahaman ontologis yang baru, rasional, dan memoderasi, yang relevan bagi kehidupan kontemporer? Dengan menganalisis ceramah Buya Syakur yang disajikan melalui channel YouTube Wammimma, penelitian ini menemukan bahwa Buya Syakur melakukan "Pembongkaran Ontologis" (Destruktion) terhadap tafsir literal dan kaku Qutb. Berbekal latar belakang linguistik dan Al-Qur'an yang luas, ia secara efektif mengganti interpretasi yang terikat pada konteks historis eksklusif Qutb dengan pemahaman otentik yang terbuka dan inklusif.
Buya Syakur mencapai kontekstualisasi dengan pemahaman ayat-ayat suci. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tindakan penafsiran (Tafsir) berfungsi sebagai proses hermeneutika, di mana horizon pra-pemahaman penafsir ( moderasi Buya Syakur) secara mendalam berinteraksi dengan potensi gerakan terorisme yang melekat pada teks Qutb. Interaksi ini menghasilkan pergeseran dari makna Un-eigentlich (tidak autentik/kaku) menjadi makna eigentlich (otentik/terbuka), sehingga membentuk tradisi baru pengajaran agama yang inklusif dan moderat di era digital. Hal ini menegaskan bahwa kondisi eksistensial (Dasein) dan pra-pemahaman penafsir adalah penentu utama transparansi dan dampak sosial dari suatu penafsiran kitab suci.
Penulis: Fara Abelliana | Editor: Taufik Fazri
COMMENTS