![]() |
| Perdebatan ulama. AI Ilustration |
Bagaimana Al-Ghazali menjaga fondasi ilmu ketika para filosof mengguncang dunia intelektual Islam
Pendahuluan
Dunia Ilmu yang Berguncang
Dalam suasana itu, muncullah Imam Abu Hamid al-Ghazali, seorang ulama besar, sufi, sekaligus pemikir kritis. Ia melihat bahwa sains dan filsafat tidak salah, tapi ada “penyimpangan” ketika akal disamakan atau bahkan diutamakan dari wahyu.
Apa Itu Epistemologi Menurut Al-Ghazali?
Al-Ghazali menegaskan bahwa pengetahuan tidak lahir hanya dari satu sumber, dalam buku nalar kritis epistemologi muslim di tulis oleh Prof.Dr Aksin Wijaya ada 3 :
Sumber dari panca indera.
→ berguna untuk mengenali dunia fisik, tapi terbatas.
Contoh: mata bisa tertipu oleh fatamorgana.
Menggunakan akal, logika, dan penalaran.
→ lebih kuat daripada indera, tetapi tetap punya batas.
3. Pengetahuan Ilahiah (Kasyf / Ilmu Ladunni)
Ini yang menjadi ciri khas Ghazali.
Pengetahuan yang diberikan Allah kepada hati yang bersih melalui tazkiyah.
→ lebih tinggi dari akal, tetapi bukan wahyu; ia bentuk “ilham”—dan tetap harus selaras dengan syariat.
Ghazali tidak anti-akal.
Ia justru menempatkan akal dengan tepat: penting, mulia, tapi tidak absolut.
Mengapa Al-Ghazali Mengkritik Para Filsuf?
1. Alam itu qadim (tidak berawal).
2. Tuhan hanya mengetahui hal universal, bukan detail.
3. Tidak ada kebangkitan jasad, hanya ruhani.
kritik imam Al Ghazali terhadap filsuf
Setelah itu, sungguh saya telah melihat sekelompok orang yang merasa diri lebih terhormat dari orang lain karena kecerdasannya, menolak mengerjakan ibadah-ibadah yang ditetapkan Islam, melecehkan syiar-syiar agama, seperti shalat, dan menjauhi segala larangan, dan juga menghina ketentuan-ketentuan ibadah yang ditetapkan syariat. Tidak cukup sampai di situ, mereka juga membuang seluruh dasar-dasar ajaran syariah dan menggantinya dengan pengetahuan-pengetahuan yang didasarkan pada praduga semata, serta mengikuti orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah. Dan, mereka ingkar terhadap Hari Akhir.

COMMENTS