Karya: Hasby Muhamad Ilyas
Di balik barat, Aceh memeluk senja yang pudar warna,
Ketika bumi retak dan sungai kehilangan santi.
Hujan turun seperti kabar buruk dari langit yang letih,
Menyapu jejak rumah dan doa yang sempat bernafas pasrah.
Laut pun menggigil, membawa arus yang lagi tak bersahabat,
Pohon-pohon menunduk seakan membaca karma nasib yang berat.
Setiap batu yang bergeser menjadi saksi yang tak bernada,
Bahwa duka terkadang datang tanpa mengetuk pintunya.
Di ranah Minang, bukit-bukit bersuara lirih dalam selimut kabut,
“Galodo ini bukan murka,” katanya, “hanya alam yang terluka turut.”
Anak-anak mencari tawa yang hilang di antara puing,
Sementara ibu-ibu menggenggam ingatan yang belum kering.
Limpahan air membawa cerita yang patah dari hulu,
Jatuh ke lembah seperti kisah lama yang terulang kembali menyapu.
Di ladang-ladang basah, rindu menempel seperti lumpur di kaki,
Mengajar manusia bahwa seluruh hidup adalah samasara.
Menuju Utara, angin Toba membawa wangi tanah yang resah,
Ketika lereng tak kuat lagi menopang beban kisah.
Banjir datang seperti tamu yang tak di undang,
Menyiksakan gubuk-gubuk goyah dan suara malam yang memanjang.
Di tepi danau, bulan tampak rapuh memantulkan luka,
Seolah ikut mengantar setiap nama yang hilang dari suara keluarga.
Di antara batu-batu tua, orang-orang berdoa dengan dada bergetar,
Menyebut harapan seperti menyebut prana.
Tiga tanah kini bersatu dalam satu helaan nafas panjang,
Menidurkan amarah alam yang tak sanggup lagi ditentang.
Aceh, Minang, dan Utara menyimpan mata yang sama letih,
Menatap masa depan yang perlahan berdiri dari reruntuhan pedih.
Namun dari duka itu, tumbuh tekat yang tak mudah ditumbangkan,
Seperti akar tua yang merawat bumi agar tetap bertahan.
Di bawah langit yang tak henti berubah, manusia belajar makna mahati,
Bahwa setelah setiap luka, masih ada cahaya pulang yang bisa dijaga bersama-sama.
Arti bahasa sanskerta dari:
- Santi (Ketenangan yang dulu bernyawa)
- Karma (Hasil perbuatan)
- Samsara (Putaran sunti yang mesti diterima hati)
- Prana (Nyawa kecil yang masih mereka jaga)
- Mahati (Kebesaran jiwa)
COMMENTS