Essai Kehidupan: Muhammad Reynaldi

Perkenalkan, namaku Muhammad Reynaldi. Lahir di Desa Gebang Mekar, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, 17 Mei 2002. Aku lahir dari pasangan Bapak Ropi'i dan Ibu Dasinah dan aku adalah anak pertama dari empat bersaudara, tiga diantaranya laki-laki termasuk aku sendiri. Yang bungsu ialah seorang adik kecil perempuan yang lucu. 

Ketika masih berusia 4 tahun, aku dibesarkan dan dididik oleh Ibu, kakek, dan nenek. Sedangkan ayah saat itu masih sering berpergian keluar kota untuk bekerja. Ibu sering mengajarkanku akan nilai-nilai kedisiplinan, begitupula kakek dan nenek yang sering mengajarkanku akan nilai-nilai keagamaan.

Sedari kecil ibuku juga sering menekankan akan pentingnya menuntut ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan umum. Sejak kecil aku selalu diperintah untuk mengaji di surau terdekat, dan didaftarkan di sekolah taman kanak-kanak bernama TK Aisyiyah Bustanul Athfal.


Setelah itu aku bersekolah di SDN Tersana Baru, Sekolah Dasar favorit dengan murid yang rata-rata berprestasi, yah.. rata-rata berprestasi, tapi tidak denganku. Aku masuk dalam golongan yang bisa dibilang "nggak pinter-pinter amat" terutama di bidang matematika, bahkan pada saat kelas 1 SD aku pernah mendapat nilai nol.

Tapi, hal tersebut berbanding terbalik dengan nilai mata pelajaran agama, yang bisa dibilang aku cukup bisa menguasainya, tapi tetap saja kadangkala aku selalu dicap bodoh oleh beberapa guru. Bahkan ada salah satu guru yang pernah berkata "lebih baik menyentuh kotoran manusia daripada menyentuh anak yang bodoh". Aku tidak tahu maksud dari pernyataan guru tersebut, tapi hal itu selalu membekas. Di samping itu, aku pernah mendapat juara kedua dalam bidang MHQ antar sekolah, sungguh saat itu aku merasa sangat terharu, karna pasalnya hari itulah hari pertama aku bisa juara.

2015 usai tamat sekolah dasar, orang tua mendaftarkanku di Buntet Pesantren Cirebon, salah satu pondok pesantren tertua di Jawa Barat. Di sana aku baru bisa mengetahui arti kehidupan yang sesungguhnya, yah walaupun hanya secuil.

Bukan hanya dididik untuk bisa mengaji dan bisa literasi, namun dididik pula secara fisik dan mental agar menjadi tangguh. Dan, saat-saat yang paling berarti dalam hidupku adalah ketika aku masih berada di pondok pesantren.

Saat Tsanawiyah aku bersekolah di Mts NU Putra 1 dan saat Aliyah aku bersekolah di MA NU Putra Buntet Pesantren Cirebon Jurusan Syariah. Walaupun menjadi masa-masa paling indah, tapi aku tak bisa lagi menceritakan kisah-kisahku di pondok pesantren. Menurutku hal yang terindah memang sudah sepantasnya untuk dijaga, seperti berlian cantik yang memang harus disimpan di dalam lemari besi.

Lewat perantara Pondok Pesantren lah aku bisa mengenal salah satu kampus negri di Cirebon bernama IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Aku masuk lewat jalur SPAN-PTKIN dan diterima di Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir.

Untuk harapan masa depan aku ingin menjadi penulis, berwirausaha dan berdakwah sesusai dengan passion yang cocok untukku. 

Editor : Iid Muhyidin
Previous Post Next Post