|  | 
| Santri sedang membaca maulid. Pinterest/nana | 
Karya: Hasby Muhammad Ilyas
Di antara gema takbir yang menua,
Bangsa ini ber-i’tikaf dalam sunyi sejarahnya.
Seribu doa mengalir dari nadi tanah pertiwi,
Menyatu dalam mantra suci: Dharmayuddha jaya desha.
Lihatlah, di sudut waktu yang rapuh,
Anak negeri menunduk di mihrab perjuangan.
Bukan senjata yang mereka genggam,
Tapi zikir dan keyakinan yang menyalakan keberanian.
Malam itu, bumi Nusantara bernafas pelan,
Langit menunduk, menyaksikan kebangkitan iman.
Para santri menulis sejarah dengan keringat dan doa,
Menyulam merah putih dari seutas tasbih yang sederhana.
Waktu berputar—
Namun ruh itu tak lekang di hisap zaman.
Masih terdengar lantunan bakti,
Menggema dari pesantren ke jantung republik.
Wahai bangsa yang lahir dari kesunyian,
Jangan biarkan zikir itu jadi arsip belaka.
Karena pada setiap napas perjuangan,
Ada lafaz suci yang menyalakan atma bangsa.
Kini, 22 Oktober bukan sekadar tanggal,
Ia adalah riwayat sunyi yang hidup di dada para peneguh iman.
Bangsa ini pernah ber-i’tikaf dalam kegelapan,
Dan bangkit bersama cahaya keikhlasan.
Maka, tunduklah sejenak wahai generasi maya,
Lihat bagaimana sejarah berwudu di tangan para santri.
Dari surau kecil hingga dunia digital kini,
Satya dharma masih menjadi arah suci negeri ini.
Penulis: Hasby Muhammad Ilyas | Editor: Taufik Fazri
 
							     
							     
							     
							     
 
 
 
 
COMMENTS