![]() |
Tangan mengepal ke atas. Pinterest/Rifqi Iqbal |
Sejak zaman Islam berkembang, Ulul Albab tidak hanya dipahami sebagai sebutan untuk orang pintar, tetapi sebagai gelar mulia bagi mereka yang mampu menggabungkan dzikir, fikir, dan beramal sholeh. Bagi kalangan mahasiswa, Ulul Albab menjadi arah perjuangan yang mengarahkan mereka agar tidak hanya menjadi “mahasiswa akademis”, tetapi juga tampil sebagai “arsitek peradaban”.
Menurut Muh. Fuad dalam Mu’jam al-Mufahros li Alfazh al-Qur’an, istilah Ulul Albab muncul 16 kali dalam Al-Qur’an. Sebagian ulama menafsirkan bahwa Ulul Albab adalah orang-orang yang berakal dan berpikir, sementara yang lain menjelaskan bahwa mereka adalah orang yang menggunakan akal, hati, dan penglihatan untuk memahami tanda-tanda kebesaran Allah dengan penuh kekhusyukan, baik saat berdiri, duduk, maupun ketika taat kepada-Nya. Dari 16 ayat tersebut, kata Ulul Albab menggambarkan suatu kepribadian, yaitu sosok yang cerdas dan memiliki keistimewaan lebih dibandingkan para pemikir biasa.
Ulul Albab dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an sering menggambarkan Ulul Albab sebagai orang yang mampu menyeimbangkan akal dan hati.
1. Dzikir
Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surah Ali 'Imran Ayat 191:
الَّذِيْنَ يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُوْنَ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ سُبْحٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha Suci Engkau. Lindungilah kami dari azab neraka."
Menurut Al-Qurthubi, ayat ini menunjukkan bahwa Ulul Albab tidak cukup hanya berdzikir dengan lisan, tapi juga berpikir tentang kebesaran Allah melalui alam.
2. Fikir
Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surah Az-Zumar Ayat 9:
اَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ اٰنَاۤءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَّقَاۤىِٕمًا يَّحْذَرُ الْاٰخِرَةَ وَيَرْجُوْا رَحْمَةَ رَبِّهٖۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَ ۗ اِنَّمَا يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِ
"(Apakah orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dalam keadaan bersujud, berdiri, takut pada (azab) akhirat, dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah (Nabi Muhammad), “Apakah sama orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang berakal sehat) yang dapat menerima pelajaran."
At-Tabari menjelaskan, maksud ayat ini adalah Allah menegaskan bahwa orang beriman yang taat, rajin shalat malam, dan berilmu tidak sama dengan orang yang berpaling dari kebenaran. Yang bisa mengambil pelajaran hanyalah Ulul Albab, yaitu orang yang pikirannya bersih dari syubhat dan hatinya tunduk pada Allah.
3. Amal Sholeh
Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surah Al-Baqarah Ayat 269:
يُّؤْتِى الْحِكْمَةَ مَنْ يَّشَاۤءُ ۚ وَمَنْ يُّؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اُوْتِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ اِلَّآ اُولُوا الْاَلْبَابِ
"Dia (Allah) menganugerahkan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Siapa yang dianugerahi hikmah, sungguh dia telah dianugerahi kebaikan yang banyak. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran (darinya), kecuali ululalbab."
Tafsir Al-Muyassar menegaskan bahwa hikmah adalah ilmu yang bermanfaat, pemahaman agama, serta ketepatan dalam ucapan dan perbuatan. Siapa yang mendapatkannya berarti memperoleh kebaikan yang sangat besar. Namun, hanya ulul albab, yaitu orang-orang berakal jernih dan berhati bersih, yang mampu mengambil pelajaran darinya.
Artinya, mahasiswa Ulul Albab bukan hanya hadir sebagai insan kampus, tetapi juga pejuang peradaban yang memperjuangkan keadilan, kemanusiaan, dan membela kaum lemah (mustadh’afin).
Penulis: Marists Mada Sungkar | Editor: Taufik Fazri