Guru Besar UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Prof. Sumanta, menekankan pentingnya paradigma integrasi antara keilmuan Islam dan sains modern dalam studi Al-Qur'an. Hal tersebut disampaikannya saat berbicara dalam perhelatan The 8th Annual Meeting of Asosiasi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir (AIAT) se-Indonesia & International Conference yang berlangsung di UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, 28 November hingga 1 Desember 2025.
Belajar dari Pengalaman Integrasi Ilmu
"Gerakan integrasi keilmuan ini ternyata memiliki napas yang sama antara kita di Indonesia dengan di Malaysia. Mahasiswa tidak hanya dituntut menguasai sains, tetapi juga sumber ilmunya, yakni Allah SWT," ujarnya.
Kearifan Lokal Cirebon dan Pesan Al-Ghazali
Pepatah ini, menurutnya, selaras dengan nasihat Imam Al-Ghazali dalam kitab Ayyuhal Walad yang menyebutkan bahwa nasihat itu mudah dikatakan, namun sulit bagi nafsu untuk menerimanya karena pahitnya kebenaran. Hal ini menjadi pengingat bagi para akademisi bahwa ilmu bukan sekadar wacana, melainkan tanggung jawab yang berat untuk diamalkan.
Mukjizat Sains dalam Al-Qur'an
"Mempelajari Al-Qur'an dari sisi sains membantu kita memahami pola integrasi keilmuan yang sesungguhnya dan meningkatkan keimanan kita. Ini membuktikan bahwa Al-Qur'an relevan dengan penemuan ilmiah modern," tegasnya.
"Ilmu bukan hanya science for science (ilmu untuk ilmu), tetapi al ilmu lil amal (ilmu untuk amal) yang memberikan kemanfaatan bagi kemanusiaan," pungkasnya.
Penulis: - | Editor: Taufik Fazri
COMMENTS