Santri; Sosok Ikhlas nan Moderat Penyangga Negeri

 

foto: harapanrakyat.com

Oleh : Fasfah Sofhal Jamil

Semarak Hari Santri Nasional sudah kita rasakan akhir-akhir ini, mulai dari beberapa pamflet yang berlalu lalang di media sosial, poster-poster reklame yang menyapa di tepi jalan raya, dan beberapa media informasi lainnya.

Perayaan Hari Santri Nasional kali ini adalah yang kelima semenjak disahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai hari besar nasional pada Tahun 2015 lalu.

Pemerintah mengukuhkannya melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 22 Tahun 2015 dan menjadikan 22 Oktober sebagai tanggal untuk mengenang jasa para santri dan ulama dalam mempertahankan kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari rongrongan penjajah.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, mengetahui arti kata “santri” adalah hal yang urgen, Setelah itu barulah memahami bagaimana peran santri dalam mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta mengawal ideologi bangsa.

Seperti sudah menjamur dalam pikiran kita ketika mendengar kata “santri” adalah identik dengan peserta didik yang menuntut ilmu di pondok pesantren, sebuah institusi pengajaran tertua di Indonesia. Lantas, apakah pada hari ini hanya dikhususkan pada murid yang pernah belajar di lembaga tradsional yang sudah ada sejak abad 12 tersebut?.

Menurut Pusat Pengembangan Penelitian dan Pendidikan Pelatihan Kementerian Agama mencatat, pada tahun 2017 saja jumlah santri di Indonesia mencapai 3,65 juta. Jumlah tersebut tersebar ke 25.000 pondok pesantren yang terdapat pada 34 provinsi di seluruh Tanah Air.

Ketika membuka KBBI V, kata “santri” diartikan sebagai orang yang mendalamai agama Islam, orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh, itu yang disematkan teruntuk kaum adam. Sedangkan kaum hawanya tenar dengan sebutan santriwati.

Namun demikian, Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan, sebutan santri bukan hanya diperuntukkan bagi yang sedang atau pernah belajar di pondok pesantren. Santri bisa pula disandang oleh setiap orang yang memiliki pemahaman dan sikap hidup toleran, moderat, dan berakhlak mulia.

Hal di atas senada dengan Q.S al-Baqarah [2]: 143, yang menjelaskan bagaimana pentingnya menjadi insan moderat, karena tidak dapat kita pungkiri lagi bahwasannya moderasi adalah salah satu ciri ajaran Islam.

Pakar tafsir al-Qur’an Indonesia Muhammad Quraish Shihab mengatakan “Keberadaan umat Islam ketika berada dalam posisi tengah, akan dapat membawa mereka tidak seperti umat yang dibawa hanyut oleh matrealisme”. Hal inilah yang mungkin menjadikan santri sebagai elemen penting dalam merealisasikan kemerdekaan, dalam dirinya hanyalah ikhlas, karena membela bangsa menurutnya tak perlu dalil apapun.

Posisi pertengahan menjadikan umat Islam atau seorang santri dilihat oleh siapa pun dalam penjuru yang berbeda, dan ketika itu ia dapat menjadi teladan bagi semua pihak. Maka misi santri yang paling utama pasca belajar dari pesantren adalah kerendahan hati dan akhlak yang mulia, seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi.

Jika benar “santri” diadopsi dari “Shastri”, maka, mereka adalah pencari kearifan.

Tidak berhenti di sini, Cak Nur mengungkapkan, mereka adalah orang-orang yang menggenapi dirinya dengan kecakapan dalam mengembangkan bacaan, pun tulisan.

Alternatif kedua sebutan itu dirujuk dari “Cantrik”, bermakna magang.

Arti positifnya, julukan yang kian seksi itu dipahami sebagai jalan mengabdikan hidup kepada kiai. Sementara tafsir negatifnya, sebagaimana magang, berbatas waktu, musiman, malahan, bisa jadi cuma numpang tenar.

Jika kita lebih teliti menilik sejarah, momen yang menunjukkan kiprah santri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tak cuma dilakukan sekali.

Pertama, pada tahun 1936, sebelum Indonesia merdeka, kaum santri menyatakan Nusantara sebagai Darus Salam (negeri damai). Pernyataan ini adalah legitimasi fikih berdirinya NKRI berdasarkan Pancasila.

Kedua, ketika tahun 1945. Yakni, ketika kalangan santri sepakat menghapus tujuh kata dalam Piagam Jakarta demi persatuan dan kesatuan bangsa.

Ketiga, pada tahun 1953, kaum santri memberi gelar Presiden Indonesia, Ir. Soekarno, sebagai Waliyyul Amri ad Dlaruri bis Syaukah, pemimpin sah yang harus ditaati dan menyebut para pemberontak DI/TII sebagai bughat yang harus diperangi.

Keempat, yang tak kalah pentingnya yaitu ketika pada tahun 1965 kaum santri juga mengambil posisi terdepan dalam menghadapi ancaman paham komunisme.

Tidak cukup di situ, pada tahun 1983-1984, santri mempelopori penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa bernegara dan menyatakan bahwa NKRI sudah final sebagai konsensus nasional, atau juga dapat disebut mu’ahadah wathaniyah.

Namun bagaimana peran santri saat ini? Pada era Reformasi sekarang ini, santri tetap mengambil peran penting sebagai kekuatan moderat. Kiprah mereka dirasakan dalam mengawal perubahan konstitusi agar tidak melanggar kesepakatan para pendiri bangsa.

Dapat kita lihat fakta pada hari ini, tidak ada satupun dari kalangan santri yang menentang Pancasila sebagai ideologi negara. Jika pada saat ini ada segelintir golongan yang ingin merubah dasar Indonesia menjadi negeri yang berasakan khilafah, maka dapat dijamin golongan tersebut bukanlah dari kalangan santri sejatinya.

Bagi santri, masalah syari’at mungkin sudah selesai dipelajari. Oleh karenanya santri lebih tertarik dengan pembahasan nasionalisme. Mereka sadar jika para pendahulunya yang memperjuangkan kemerdekaan adalah tugas estafet bagi dirinya. Apalagi beliau para pejuang adalah sosok kiai, ambil misal KH. Hasyim Asy’ari, dalam prinsip santri manut kiai adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi.

KH. Said Aqiel Siradj menuturkan, NKRI adalah negara-bangsa, bukan negara agama, bukan negara suku, mengakui seluruh warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, ras, agama, dan golongan.

Singkatnya, tanpa santri maka bisa jadi tidak akan meledak pertempuran 10 November. Adanya santri juga sebagai tiang penting bagi bangsa ini untuk tetap eksis dalam bangunan kemerdekaan.

Namun kita yakin, dengan ketulusan hati para santri, tanpa Hari Santri Nasional pun mereka akan selalu istiqomah menjaga keutuhan negeri serta mengawal ideologi bangsa, dengan cara menolak paham apapun yang bertentangan dengan Pancasila.

 

 *Penulis pernah nyantri di PP. Bustanu 'Usyaqil Qur'an Betengan Demak JATENG dan PP. Pasca Tahfidz Bayt Al-Qur'an Pusat Studi Al-Qur'an Jakarta.
*Naskah esai ini pernah menyabet juara III dalam ajang Pekan Kreatifitas Mahasiswa yang digelar oleh DEMA IAIN Syekh Nurjati Cirebon pada tahun 2018.

Name

Administrasi,3,Al-Quran,42,Artikel,82,Bakti Sosial,1,Bedah Buku,1,Cara Kirim Tulisan Ke Web HMJ IQTAF Senja Cirebon,50,cerpen,1,cinta,1,digital,4,esai,3,Fiksi,9,Fiksi Lainnya,1,fiqh,2,fkmthi,19,Futs,1,Hafalan,3,Harlah,15,iaincirebon,18,iat,23,iqtaf,19,Iqtaffestx,8,Iqtaffestxi,6,Kajian,8,kaligrafi,1,Kelas Jurnalistik,3,kepemimpinan,2,Kewarganegaraan,2,Kewirausahaan,2,Kominfo,6,LDK,3,Lomba,1,Makrab,1,media massa,2,MHQ,2,Minat Bakat,3,Motivasi,3,MQK,2,MTQ,2,Mubes,1,News,109,Nonfiksi,28,nuzulul qur'an,2,Opini,1,PAO,8,PBAK,2,pelatihan,1,PENA KAMI,6,Pendidikan,1,Pengabdian Masyarakat,4,persidangan,2,Profil Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon,1,Proker,2,puasa,1,public lecture,2,Puisi,20,Quotes,2,raker,5,Ringkasan Buku,1,santri,1,Sima'an,2,tafsirhadis,12,Upgrading,1,Webinar,16,Wisuda,1,
ltr
item
HMJIQTAFSENJA.COM | Platform Digital HMJ IQTAF IAIN Syekh Nurjati Cirebon: Santri; Sosok Ikhlas nan Moderat Penyangga Negeri
Santri; Sosok Ikhlas nan Moderat Penyangga Negeri
Semarak Hari Santri Nasional sudah kita rasakan akhir-akhir ini, mulai dari beberapa pamflet yang berlalu lalang di media sosial, poster-poster reklam
https://1.bp.blogspot.com/-jbQk5g75Gb0/X479GGnpu0I/AAAAAAAAAZU/RGKK9WxWHWUXNQQoRG7u0JvDgr2Q-kPEwCLcBGAsYHQ/s320/Protokol-Santri-Kembali-ke-Pesantren-696x392.jpg
https://1.bp.blogspot.com/-jbQk5g75Gb0/X479GGnpu0I/AAAAAAAAAZU/RGKK9WxWHWUXNQQoRG7u0JvDgr2Q-kPEwCLcBGAsYHQ/s72-c/Protokol-Santri-Kembali-ke-Pesantren-696x392.jpg
HMJIQTAFSENJA.COM | Platform Digital HMJ IQTAF IAIN Syekh Nurjati Cirebon
https://www.hmjiqtafsenja.com/2020/10/santri-sosok-ikhlas-nan-moderat.html
https://www.hmjiqtafsenja.com/
https://www.hmjiqtafsenja.com/
https://www.hmjiqtafsenja.com/2020/10/santri-sosok-ikhlas-nan-moderat.html
true
7562635208007576303
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All DIREKOMENDASIKAN UNTUK ANDA LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share. STEP 2: Click the link you shared to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy