Kajian Mendalam Korelasi Al-Quran & Science

Oleh : Rifky Andreans

Kata Al-Quran menurut bahasa mempunyai arti yang bermacam-macam, salah satunya adalah bacaan atau sesuatu yang harus di baca, di pelajari. Adapun menurut istilah para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definisi terhadap Al-Quran. Ada yang mengatakan bahwa Al-Quran adalah kalam Allah Swt yang bersifat mukjizat yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya dari Allah Swt, yang di nukilkan secara mutawatir, membacanya merupakan ibadah di mulai dengan surat Al-fatihah dan di akhiri dengan An-nas.

Ada yang mengatakan bahwa Al-Quran adalah kalamullah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril sebagai mukjizat dan berfungsi sebagai hidayah (petunjuk).

Ada juga yang mengatakan Al-Quran adalah kalamullah yang di turunkan kepada Nabi Muhammad Saw, dengan bahasa arab, secara mutawatir yang di tulis dalam mushaf, di mulai dari surat al-fatihah dan di akhiri surat an-nas, membacanya berfungsi sebagai ibadah, sebagai sumber ilmu, dan sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad Saw dan sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat manusia.

Dari beberapa definisi yang di sebutkan, dapat di katakana bahwa unsur-unsur utama yang melekat pada Al-Quran adalah:

a. Kalamullah. 
b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.
c. Melalui malaikat jibril.
d. berbahasa arab.
e. Menjadi mukjizat Nabi Muhammad Saw.
f. Berfungsi sebagai sumber ilmu.
g. Berfungsi sebagai “hidayah” (petunjuk, pembimbing bagi manusia). 

Dari penjelasan di atas dapat di tarik suatu kesimpulan bahwa Al-Quran adalah wahyu yang di turunkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara malaikat Jibril dengan bahasa Arab sebagai mukjizat Nabi Muhammad Saw yang di turunkan secara mutawatir untuk di jadikan petunjuk dan pedoman hidup bagi setiap umat Islam yang ada di muka bumi.

Al-Quran sebagai sumber ilmu memberikan andil yang besar bagi kehidupan. Ilmu sudah menjadi kata bahasa Indonesia sehari-hari. Dalam bahasa jawa juga di kenal istilah “ngelmu”, keduanya berasal dari kata yang sama yaitu ilm, kata yang berasal dari bahasa arab, dalam pengertian sehari-hari, yang pertama berkaitan dengan pengetahuan umum, sedangkan yang kedua dengan soal-soal kebatinan.

Tapi apakah “ ilmu “ yang padanan nya dalam bahasa inggris adalah “Science” dalam bahasa jerman wissenschaft, dan dalam bahasa belanda wetenschap itu? Jawabannya ternyata tidak satu. Pada umumnya, ilmu di definisikan sebagai sejenis pengetahuan, tapi bukan sembarang pengetahuan, melainkan pengetahuan yang di peroleh dengan cara-cara tertentu berdasarkan kespakatan baik ulama, ilmuwan dll. Ilmu ini di bagi menjadi tiga bidang : ilmu pasti dan alam, ilmu-ilmu sosial, dan humaniora.

Di antara ketigannya yang benar-benar di akui paling ilmiah atau benar-benar yaitu science adalah yang pertama, walaupan dalam tradisi Jerman umpamanya, yang di sebut wissenschaft, termasuk juga sastra dan sejarah. Pandangan di atas tampak juga di Indonesia. Sebagian orang, terutama dari kalangan ilmu-ilmu eksakta dari kampus teknik dan kejuruan, karena tidak puas dengan terjemahan yang ada, menerjemahkan science dengan “sains” dan bukannya “ilmu pengetahuan” seperti yang lazim berlaku.

Para pengarang sebuah buku fisika standar, College Physics, Robbert, I Webber, Kenneth V. Manning, dan Marsh H, White, dalam pengantar buku mereka itu merasa perlu menjelaskan bahwwa istilah science bukan bahasa Inggris asli, mereka tidak menjelaskan dari mana asal katanya. The New Columbia Encyclopedia menjelaskan bahwa kata itu berasal dari Scientia yang artinya knowledge atau pengetahuan. Websters 20th Century Dictionary memberikan penjelasan lebih lengkap. Science, katanya, sebenarnya adalah sebuah kata perancis yang berasal dari kata kerja Sciens yang artinya to know atau tahu. Tapi lebih jauh ia berasal dari bahasa kata latin, scire, sebuah kata kerja, yang artinya tahu, mengetahui, mengerti, mengenal dan sebagainya (Kamus latin-Indonesia karangan Drs, Prent, et, al) dan kata bendanya adalah “scientia” yang pernah di pakai sebagai nama sebuah majalah sains yang terbit di Bandung.

Dari sudut Indonesia, kata “ilmu”, seperti halnya kata “science” dalam bahasa inggris, juga berasal dari kata asing, dari bahasa Arab Ilmu berasal dari “ilm”, kata jadian dari “alima, ya’lamu, menjadi ilmun, ma’lumun, alimun dan seterusnya tiga kata yang terakhir itu menjadi kata Indonesia: ilmu, maklum dan alim-ulama. Dalam bahasa Arab, alima, sebagai kata kerja, berarti tahu atau mengetahui. Ilmu, sebagaimana halnya Science atau Scientia, berarti juga pengetahuan. Namun sangat menarik keterangan orientalis Franz Rosenthal, bahwa akar kata a-l-m dalam bahasa Arab tidak mempunyai persamaan dengan akar kata bahasa-bahasa Semit lainnya, yang mempunyai arti yang sama, walaupun bahasa Arab termasuk kedalam rumpun  bahasa Semit. Sebaliknya, kata y-d-a, yang merupakan akar kata bersama dari bahasa-bahasa Semit lainnya, yang artinya  “mengetahui”, tidak di pakai dalam bahasa Arab. Sementara itu, dalam persamaan akar kata a-l-m di antara bahasa-bahasa Semit, termasuk Arab, kata itu mempunyai arti lain, yaitu “tanda” atau “keabadian” untuk pengertian bahasa arabnya adalah “abdiyah” dari akar kata a-y-a ini menimbulkan kesan bahwa terdapat kaitan erat antara pengertian “tahu” dan “tanda” dalam bahasa arab.

Etos ilmu dan peradaban, ilmu yang sudah menjadi bahasa Indonesia, bukan hanya sekedar bahasa Arab, tetapi juga tercantum dalam Al-Quran dalam bahasa Arab sehari-hari sebelum turunnya Al-Quran, ilmu hanya bermakna pengetahuan biasa. Tapi melalui ayat-ayat Al-Quran yang turun tahap demi tahap, kata ini berproses dan membentuk makna dan pengertian tersendiri, yang tersuruktur. Memang, kata ilmu itu bisa sekedar dapat di artikan sebagai “pengetahuan” biasa, tetapi bisa lebih dari itu, tergantung dari pemahaman orang terhadap makna kata tersebut, jika pemahaman itu di lakukan dengan mempelajari dan mendalam implikasi maknawi yang terkandung dalam berbagai penggunaan kata dalam Al-Quran. Tapi yang jelas, kata kata itu berkembang suatu etos. Hal itu kemungkinan besar berkembang karena pernyataan Nabi yang mengandung anjuran, bahkan perintah, seperti yang kita kenal : اُطْلُبُوْ العِلْمَ وَلَوْ باِ لصِّيْنِ (carilah ilmu walaupun sampai ke negerii Chinna) “para Ulama adalah pewaris para nabi”, ilmu pengetahuan itu adalah milik orang mukmin yang hilang, di mana saja ia mendapatkannya, maka ia berhak memilikinya dari yang lain. Pernyataan-pernyataan Nabi ini di perkuat oleh firman Allah Swt dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi :

يَآَ يُّحَا ا لَّذِ يْنَ اَ مَنُوْآ اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِيْ الْمَجَلِسِ فَا فْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ, وَاِذَا قِيلَ ا نْشُزُ وْ فَا نْشُزُ وْا يَرْ فَعِ اللهُ الّذِيْنَ اَ مَنُوْا مِنْكُمْ, وَ الّذِيْن اُوْتُو االْعِلمَ دَرَجَتٍ, وَاللهُ بِماَ تَعْلَمُوْنَ خَبِيْرٌ 11

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila di katakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu, Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang di beri ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. Karena menuntut ilmu di nyatakan wajib maka kaum muslimin pun menjalankannya sebagai ibadah. Adapula sebuah hadits yang mengatakan bahwa “barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah Swt memudahkan jalannya ke surga dan dalam Al-Quran  terdapat ayat yang menjelaskan maksud kata di atas yang berbunyi :

فَتَعَلَ اللهٌ المَلِكُ الحَقٌّ, وَلاَ تَعْجَلْ باِ لْقُرْ اَنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يٌّقْضَ اِلَيْكَ وَحْيُهُ, وَقُلْ رَّ بِّ زِدْ نِيْ عَزْمًا 114

Artinya : maka maha tinggi Allah Swt, raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Quran sebelum selesai di wahyukan kepadamu, dan katakanlah “Ya Tuhanku, tambakanlah ilmu kepadaku” (Qs. Toha 114).

Tapi lebih dari itu timbul pertanyaan mengapa mencari ilmu itu di wajibkan ? maka orang pun mencari keutamaan ilmu. Di samping itu, timbul pula proses belajar mengajar sebagai kosenkuensi menjalankan perintah Rasulullah. Dalam kenyataan sejarah perkembangan islam, proses belajar mengajar itu menimbulkan perkembangan ilmu, yang lama menjadi baru dalam berbagai cabangnya. Ilmu telah menjadi menjadi tenaga pendorong perubahan dan perkembangan masyarakat. Hal itu terjadi karena ilmu telah menjadi suatu kebudayaan. Dan sebagai unsur kebudayaan, ilmu mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam masyarakat kaum muslimin di masa lampau dan sekarang.

Istilah ilmu menjadi penting, karena ia tersebut di dalam Al-Quran. Dengan mempelajari Al-Quran, maka orang akan bisa menarik kesimpulan bahwa ilmu bukanlah sekedar pengerahuan dengan kualitas tertentu. Sebagai kenyataan kebudayaan, Franz Rosenthal yang sudah di kutip di atas melihat bahwa pada zaman abad pertengahan, ilmu telah berkembang menjadi konsep yang sangat sentral dalam masyarakat kaum muslimin. Demikianlah antara lain katanya dalam bukunya setebal 341 halaman yang berjudul Know ledge Trumphent: The Concept of Knowledge in Medical Islam (Leiden : E.J. Brill, 1970) :  dalam bahasa Arab biasa, ilm dapat di gantikan pengertiannya dengan “pengetahuan” mengandung kekurang mampuan dalam mengekspresikan semua kenyataan dan perasaan yang terkandung dalam kata ilm. Karena ilm adalah salah satu dari sekian konsep yang mendominasi dunia Islam dan telah membentuk dan memberi ciri khusus dalam segala konsekskuensinya terhadap peradaban Islam. 

Jadi menurut Rosenthal ilm tidak bisa di artikan begitu saja dengan “pengetahuan”. Dalam keterangan pendahuluan terhadap bukunya itu, ia hanya mengemukakan fakta yang terjadi dalam sejarah peradaban islam. Ini menimbulka keingintahuan : bagaimana sebenarnya istilah ilm itu di interpretasikan oleh para sarjana muslim, yang kemuudian membawanya kepada studi filologi dan epistemologi. Dari studinya itu ia mengambil kesimpulan bahwa istilah ilm memang memperoleh tempat yang istemewa dalam peradaban Islam, tidak kalah pentingnya dengan istilah-istilah lainnya di lihat dari dampaknya terhadap peradaban Islam. Ia menulis : sebenarnya tak ada satupun konsep yang secara operatif berperan menentukan dalam menentukan pembentukan peradaban islam di segala aspeknya. Yang sama dampaknya dengan konsep ilm. Hal itu tetap benar, sekalipun di antara istilah-istilah yang paling berpengaruh dalam kehidupan keagamaan kaum muslimin, seperti “tauhid” (pengakuan atas keesaan Tuhan), al-din agama yang sebenar-benarnya) dan banyak lagi kata-kata yang secara terus-menerus dan bergairah disebut-sebut. Tak satupun diantara istilah-istilah itu yang memiliki kedalaman dalam makna dan keluasan dalam penggunaannya, yang sama dengan kata “ilm” itu. Tak ada satu cabang pun dalam kehidupan intelektual kaum Muslimin yang tak tersentuh oleh sikap yang begitu merasuk terhadap “pengetahuan” sebagai sesuatu yang memiliki nilai tertinggi, dalam menjadi seorang Muslim.

Keterangan Rosenthal itu kiranya tidak berlebihan, jika di ingat bahwa wahyu pertama yang turun kepada Rasulullah Saw adalah perintah untuk membaca :
 
اِقْرَ أْ بِا سْمِ رَبِّكَ الَّذِ ي خَلَقَ 1

“bacalah, dengan nama Tuhanmu yang mencipta” (Al-Alaq:1). 

Setelah di ingatkan bahwa manusia itu diciptakan dari segumpal darah, yang memberikan kesadaran ontologis, dan bahwa Tuhan itu, selain pencipta juga pemurah, yang memberikan kesadaran etis, di beritakan juga lewat Rasulullah bahwa Tuhan memberikan ilmu kepada manusia lewat perentaraan pena sebagai media komunikasi. Maka yang sebanarnya yang di bawa sejak semula ole Al-Quran adalah dua semangat kembar : “Tauhid” dan “keilmuan”.

Ungkapan Al-Quran, dalam kumpulan wahyu Allah Swt, yaitu Al-Quran, kata ilm ternyata memang banyak di sebut, yaitu sebanyak 105 kali, lebih banyaak sedikit dari penyebutan kata al-din yang sebanyak 103 kali. Tapi dengan kata jadiannya, ia tersebut tak kurang dari 744 kali. Untuk menyebutnya secara terinci, kata-kata jadian itu di sebut dalam bentuk dan frekuensi sebagai berikut alima 35 kali, ya lamu 215 kali, I’lam 31 kali, yu’lamu 1 kali, ilm 105 kali, alim 18 kali, ma’lum 13 kali, alamin 73 kali, alam 3 kali, a’lam 49 kali, alim atau ulama 163 kali, allam 4 kali, a’llama 12 kali, yu’llimu 16 kali, ulima 3 kali, mu’allam 1 kali, atau ta’allama 2 kali. Dari kata jadian itu timbul berbagai pengertian seperti : mengetahui, pengetehuan, orang yang berpengetahuan, yang tahu, terpelajar, paling mengetahui, memahami, mengetahui segala sesuatu, lebih tahu, sangat mengetahui, cerdik, mengajar, belajar, orang yang menerima pelajaran, atau di ajari, mempelajari, tetapi juga pengertian-pengertian seperti tanda (‘alam), alamat, tanda batas, tanda peringatan, segala kejadian, alam (dunia), segala yang ada, segala yang dapat di ketahui.

Ternyata untuk mengetahui dan menemukan pengertian tentang ilmu dalam Al-Quran, tidak cukup kalau hanya di cari pengertiannya dari kata-kata yang berasal dari akar kata a-l-m. Sebab kata “tahu” itu tidak hanya di wakili oleh kata tersebut. Paling tidak ada beberapa kata yang mengandung pengertian “tahu” seperti arafa, khobara, sya’ara, ya’isa dll. Kata-kata jadian dalam Al-Quran yang berasal dari kata arafa sendiri umpamanya, disebut sebanyak 34 kali, karena itu menurut Rosenthal, kata ilm adalah sinonim dengan kata marifah.

Salah satu kata jadiannya juga telah menjadi bahasa Indonesia yang kita  kenal akrab yaitu arif . kata ini memang di artikan sebagai orang yang memiliki pengetahuan yang tertinggi. Jika orang telah mencapai kepada tahap “ makrifat” walaupun hal ini lebih di kenal di dunia tassawuf. Dalam Al-Quran terdapat ayat yang melukiskan hal itu, umpammanya dalam surat Al-Ma’idah : 83 yang berbunyi : 

وَ اِذَا سَمِعُوْا مَآ اُنْزِلَ اِلَى الرَّ سُوْ لِ تَرَى اَعْيُنَهُمْ تَفِيْضُ مِنَ الدَّ مْعِ مِمَّا عَرَفُوْا مِنَ الْحَقِّ, يَقٌوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَمَنَّا فَا كْتُبْنَا مَعَ الشَّهِدِينَ 83

Artinya : Dan apabila mereka mendengarkan apa (Al-Qur’an) yang di turunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata di sebabkan kebenaran yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri) seraya berkata, “Ya Tuhan, kami beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian Muhammad).

Pengertian ilmu pengetahuan terdapat pula dalam kata hikmah yang sudah menjadi kata Indonesia. Biasanya kata hikmah di pakai langsung tanpa terjemahan dan pengertiannya adalah “pelajaran”. Orang yang bisa “memetik hikmah’’ adalah orang yang bisa “mengambil pelajaran” dari pengalaman. Tapi bisa di terjemahkan juga dengan “kebijaksanaan” atau “pengetahuan tertinggi”. Dalam Al-Qura’n sendiri kata hikmah memang berkaitan dengan hasil pemikiran seseorang dan sebagai hasil pemikiran, hikmah merupakan sesuatu yang sangat berharga seperti tercemin dalam surat Al-Baqarah ayat 269 :

يُّؤ تِى الحِكْمَةَ مَنْ يَّشَآءُ, وَمَنْ يُّؤ تَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ اٌوْ تِيَ خَيْرًا كَثِيْرًا, وَمَا يَذَّ كَّرُ اِلآَّ اُ ولُواالأَ لْبَا بِ. 269

Artinya : Dia memberikan hikmah kepada siapa yang Dia kehendaki. Barangsiapa di beri hikmah, sesungguhnya dia telah di beri kebaikan yang banyak. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang mempunyai akal sehat.
  
Dari ayat di atas kita memperoleh pula definisi al-albab yaitu orang yang melakukan pemikiran dan pemikiran secara berulang-ulang dan terus-menerus, sehingga akhirnya bisa meraih pengetahuan yang tertinggi, atau hikmah. Pengertian di sekitar ilmu agaknya memang harus di cari keterangannya dari berbagai kata kunci. Beberapa kata kunci itu kerap kali bertemu dalam satu ayat. Sebagai contoh kalau kita berbicara mengenai kata “tanda” atau “alamat” yang merupakan sasaran dari pengetahuan, maka kita akan teringat kepada kata “ayah”. Kata ini di sebut sebanyak 392 kali dalam Al-Quran. Kata ini sering di tafsirkan  dua macam yaitu ayat-ayat yang merupakan wahyu Allah Swt yang tersurat dalam Al-Qur’an, tetapi juga yang di artikan sebagai tanda-tanda atau simbol-simbol yang terdapat dalam alam semesta dan diri manusia (sebagai mahluk biologis) yang di sebut ayat-ayat “kauniyyah”.

وَمِنَ ا لنَّا سِ وَالدَّ وَآ بِّ وَالاَ نْعَا مِ مُختَلِفٌ اَلْوَانُهُ كَذَ لِكَ, اِ نَّمَا يَخْشَى ا للّهَ مِنْ عِبَا دِهِ العُلَمَؤُا, اِنَّ اللهَ عَزِيزٌغَفُورٌ. 28 

Artinya : “Dan di antara manusia, bintang-bintang melata, dan bintang-bintang ternak ada yang bermacam-macam warnanya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah Swt di antara hamba-hambanya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fathir [35]:28).

Science adalah pengetahuan yang di lakukan oleh manusia untuk menemukan sistem, science juga bisa di ibaratkan seperti pabrik yang memproduksi barang, sedangkan barang tersebut di namakan sebagai “sains atau saince”.

Science adalah produk jadi manusia, seperti halnya musik, film, lukisan, patung, bangunan, dan banyak lagi lainnya. Begitu mendengar alunan suara musik, seseorang dapat langsung mengenali apakah ia tipe musik keroncong, dangdut, pop, jazz, rock, klasik atau yang lainnya. Demikian pula jika melihat film, lukisan, patung, bangunan, orang juga dapat segera mengidentifikasikan tipe apa objek yang di lihatnya. Bahkan orang dapat mengenali lebih jauh, misalkan, musik pop yang di dengarnya kategori menghibur, indah atau mendidik. Setiap produk, apapun jenisnya, pasti membawa tata nilai pandangan hidup dari produsennya. Saince sebagai produk manusia tidak dapat di kecualikan atau di istimewakan. Ia membawa pandangan dunia tertentu keratornya; bedanya di bandingkan dengan produk lainnya, seperti di sebut tadi, saince selain lebih abstrak, saince  juga relatif tidak memiliki bandingan. Di dunia musik orang, mengenal musik Barat, India, Padang pasir, Melayu ataupun musik lokal, sedangkan untuuk saince, sampai hari ini hanya punya satu “saince” dominan, yakni “saince” Modern dan “saince” Barat. 

Adakah yang dalah dari “saince” sekarang sehingga perlu di bangun “saince Islam”? jika saince islam memang ada, apa perbedaan utamanya di bandingkan saince modern ?, seperti telah di sebutkan sebelumnya, saince adalah produk manusia karenanya membawa pandangan dunia manusia di belakangnya. Saince Modern membawa tata nilai peradaban, yakni materialisme dan kisah tragis kematian Tuhan, sedangkan bangunan saince islam secara keseluruhan harus berdasar dan merupakan pengejwantahan prinsip tauhid yang bersumber pada wahyu. 

Secara sedarhana saince atau sains dapat di katakan produk manusia dalam menyibak realitas. Terkait dengan pengertian ini, sains menjadi tidak tunggal, atau dengan kata lain, akan ada lebih dari satu sains, dan sains satu dengan yang lain di bedakan pada apa makna realitas dan cara yang dapat di terima untuk mengetahui realitas tersebut. Setiap bangunan ilmu pengetahuan atau sains selalu berpijak pada tiga pilar utama, yakni pilar ontologis, aksiologis, dan epistemologis.

Tiga pilar sains islam jelas harus di bangun dari prinsip tauhid yang tersari dalam kalimat “la ilaha illallah” dan terdeskripsi dalam rukun iman dan rukun islam. Pilar ontologis, yakni hal yang menjadi subjek ilmu, islam harus menerima realitas material maupun non material sebagaimana di jelaskan pada Qs Al-Haqqah (69): 38-39.

فَلآَ اُ قْسِمُ بِمَا تُبْصِرُوْ نَ 38, وَ مَا لاَ تٌبْصِرُوْنَ.39

Artinya : Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat.

Mahluk tidak hanya di batasi oleh yang material dan terindra, tetapi juga yang imaterial. Tatanan ciptaan atau mahluk terdiri dari tiga keadaan fundamental, yaitu keadaan material, psikis dan spiritual. Dalam bahasa kaum sufi, tiga keadaan ini masing-masing di sebut alam nasut, alam malakut, alam jabarut. Tujuan sains Islam adalah mengetahui watak sejati segala sesuatu sebagaimana yang di berikan oleh Tuhan. Sains Islam juga bertujuan untuk memperlihatkan kesatuan hukum alam, hubungan seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan prinsip ilahi. Mengenal alam dan hukum setiap spesies wujud berarti mengenal islam atau sikap tunduk spesies-spesies tersebut pada kehendak ilahi, karena menurut Al-Quran, seluruh mahluk selain manusia adalah muslim. Dengan pemahaman ini, sang ilmuwan menjadi lebih dekat dan tunduk kepada Sang Pencipta sebagaimana Qs. Fathir (35):28. Tujuan kemaslahatan bagi umat berupa produk-produk material adalah derivatif dari tujan final di gapainnya Sang pencipta. Inilah basis aksiologi Islam. Pilar ketiga terpenting adalah bagaimana atau dengan apa kita mencapai pengetahuan, pilar epistemologis, Al-Quran merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw. Sekaligus sumber intelektualitas dari spiritual Islam, ia merupakan pijakan, bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spiritual, melainkan juga bagi semua jenis pengetahuan manusia mempunyai fakultas pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai alat memperoleh pengetahuan.

وَاللهُ اَخْرَجَكُمْ مِّنْ بُطُوْ نِ اُمَّهَتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْأً, وَّ جَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْاَ بْصَا رَ وَالْاَ فْئِدَ ةَ,لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ. 

Artinya : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur. (Qs Al-Nahl {16}:78). 

Melalui  fakultas ini manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber; meskipun demikian, sumber dari segala sumber pengetahuan tidak lain adalah Tuhan Yang Maha Mengetahui. Salah satu sumber pengetahuan adalah Al-Quran. Meski bukan kitab sains, Al-Quran mempunyai fungsi petunjuk kepada umat manusia secara keseluruhan sebagaimana di nyatakan dalam Surat Al-Baqarah (2):185 :

شَحْرُ رَمَضَا نَ الَّذِ يْ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقٌرْاَنُ هُدًى لِّلنَّا سِ وَ بَيِّنَتٍ مِّنَ الْهُدَ ى وَالْفُرْقَا نِ 185.

Artinya : Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya di turunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang bathil). (Qs Surat Al-Baqarah (2):185.
Al-Quran juga berfungsi sebagai penerang bagi seluruh umat manusia tanpa pandang bulu, sebagaimana Qs Ali-Imran (3):138:

هَذَا بَيَا نٌ لِّلنَّا سِ وَهُدً ى ,وَّ مَوْ عِظَةٌ لِّلْمُتَّقِيْنَ 138

Artinya : Ini (Al-Quran) adalah penerangan bagi seluruh manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.

Fungsi petunjuk Al-Quran ini juga berlaku bagi kontruksi ilmu pengetahuan dengan memberi petunjuk tentang prinsip-prinsip sains yang selalu di kaitkan dengan pengetahuan metafisik dan spiritual. Artinya, dalam epistemologi Islam, wahyu dan sunnah dapat di jadikan sebagai sumber inspirasi bagi bagunan ilmu penegatahuan. Jenis hal ini bertentangan dengan sains modern yang pada awal kelahirannya terang-terangan memproklamasikan perlawanan terhadap dokrtrin religius gereja, dan wahyu tidak mendapat tempat dalam bangunan sains modern. Kurang lebihnya Mohon Maaf Wallahu ‘Alam.

Daftar Pustaka :

  1. M. Quraish Shihab,et all., Sejarah dan Ulum Al-Quran (Jakarta :Pustaka Firdaus,2008 ), hal. 13.
  2. Kawruh Bahasa jawa, Karya Eko Purwanto dan Andi Prayitno, hal 35. Cet 1.
  3. Kamus latin-Indonesia karangan Drs, Prent, et, al.
  4. Al-Quran dan Terjemahannya Al-Halim.
  5. Jurnal Terjemahan Know ledge Trumphent: The Concept of Knowledge in Medical Islam (Leiden : E.J. Brill, !970).  
  6. Buku terjemahan fisika standar, College Physics, Robbert, I Webber, Kenneth V. Manning, dan Marsh H, White.
  7. Kamus latin-Indonesia karangan Drs, Prent, et, al.
  8. Buku ayat-ayat semesta, sisi-sisi Al-Quran yang terlupakan karya : Agus Purwanto, D.Sc.
  9. Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam karya : Dr. Adian Husaini.
  10. Mengenal Tassawuf, spiritualisme dalam islam karya : Haidar bagir.

Penulis merupakan mahasiswa semester 7

Editor : Iid Muhyidin 

Name

Administrasi,3,Al-Quran,42,Artikel,82,Bakti Sosial,1,Bedah Buku,1,Cara Kirim Tulisan Ke Web HMJ IQTAF Senja Cirebon,50,cerpen,1,cinta,1,digital,4,esai,3,Fiksi,9,Fiksi Lainnya,1,fiqh,2,fkmthi,19,Futs,1,Hafalan,3,Harlah,15,iaincirebon,18,iat,23,iqtaf,19,Iqtaffestx,8,Iqtaffestxi,6,Kajian,8,kaligrafi,1,Kelas Jurnalistik,3,kepemimpinan,2,Kewarganegaraan,2,Kewirausahaan,2,Kominfo,6,LDK,3,Lomba,1,Makrab,1,media massa,2,MHQ,2,Minat Bakat,3,Motivasi,3,MQK,2,MTQ,2,Mubes,1,News,109,Nonfiksi,28,nuzulul qur'an,2,Opini,1,PAO,8,PBAK,2,pelatihan,1,PENA KAMI,6,Pendidikan,1,Pengabdian Masyarakat,4,persidangan,2,Profil Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir IAIN Syekh Nurjati Cirebon,1,Proker,2,puasa,1,public lecture,2,Puisi,20,Quotes,2,raker,5,Ringkasan Buku,1,santri,1,Sima'an,2,tafsirhadis,12,Upgrading,1,Webinar,16,Wisuda,1,
ltr
item
HMJIQTAFSENJA.COM | Platform Digital HMJ IQTAF IAIN Syekh Nurjati Cirebon: Kajian Mendalam Korelasi Al-Quran & Science
Kajian Mendalam Korelasi Al-Quran & Science
Kajian Mendalam Korelasi Al-Quran & Science
https://1.bp.blogspot.com/--eqmeqZmPfs/YQtLKzwg_wI/AAAAAAAAAls/g55EaENBaZgSgDR4BWJdxy5qAPrLv4gRgCLcBGAsYHQ/s320/1628083438-picsay.jpg
https://1.bp.blogspot.com/--eqmeqZmPfs/YQtLKzwg_wI/AAAAAAAAAls/g55EaENBaZgSgDR4BWJdxy5qAPrLv4gRgCLcBGAsYHQ/s72-c/1628083438-picsay.jpg
HMJIQTAFSENJA.COM | Platform Digital HMJ IQTAF IAIN Syekh Nurjati Cirebon
https://www.hmjiqtafsenja.com/2021/08/kajian-mendalam-korelasi-al-quran-dan-science.html
https://www.hmjiqtafsenja.com/
https://www.hmjiqtafsenja.com/
https://www.hmjiqtafsenja.com/2021/08/kajian-mendalam-korelasi-al-quran-dan-science.html
true
7562635208007576303
UTF-8
Loaded All Posts Not found any posts VIEW ALL Readmore Reply Cancel reply Delete By Home PAGES POSTS View All DIREKOMENDASIKAN UNTUK ANDA LABEL ARCHIVE SEARCH ALL POSTS Not found any post match with your request Back Home Sunday Monday Tuesday Wednesday Thursday Friday Saturday Sun Mon Tue Wed Thu Fri Sat January February March April May June July August September October November December Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec just now 1 minute ago $$1$$ minutes ago 1 hour ago $$1$$ hours ago Yesterday $$1$$ days ago $$1$$ weeks ago more than 5 weeks ago Followers Follow THIS PREMIUM CONTENT IS LOCKED STEP 1: Share. STEP 2: Click the link you shared to unlock Copy All Code Select All Code All codes were copied to your clipboard Can not copy the codes / texts, please press [CTRL]+[C] (or CMD+C with Mac) to copy