Sumber: Pinterest.com |
Oleh: Akmal Rijaldi Maulana
Penulis merupakan mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir semester 5
Manusia pasti mengalami suatu keadaan yang namanya keadaan tidur. Ketika tidur terkadang ada sesuatu yang seolah-olah terlihat di depan mata, bahkan terkadang ada suara yang seolah-olah bisa didengarkan oleh orang yang sedang tidur. Keadaan seperti ini merupakan hal yang biasa bagi manusia, karena sudah menjadi tabiatnya dan keadaan tersebut dikenal dengan istilah mimpi. Mimpi adalah sesuatu yang terlihat atau dirasakan ketika tidur.
Dalam konteks Islam, mimpi bisa dikatakan benar atau salah
karena ada kaidah yang memberikan penafsiran terhadap mimpi yang dialami atau
bahkan menafsirkan mimpi seseorang ketika diminta oleh orang lain.
Saat Rasulullah Saw. masih hidup, beliau bahkan pernah mendapatkan beberapa wahyu
melalui mimpi, sebagian sahabat terkadang juga mendapatkan informasi melalui mimpi yang kemudian diceritakan kepada
Rasulullah Saw.
Bahkan, sebagaimana yang dikisahkan dalam
Al-Qur'an, ada dua
orang yang
bersama Nabi Yusuf saat di penjara mendapatkan informasi tentang masa depan yang
akan mereka alami dan keduanya meminta pendapat tafsir mimpi tersebut kepada
Nabi Yusuf.
Mimpi tidak boleh ditolak secara mentah, terlebih apabila
saat mimpi tersebut kita renungi ternyata relevan dengan kehidupan yang kita
jalani. Walaupun demikian, mimpi juga tidak boleh dijadikan bukti sembarangan
terhadap suatu permasalahan, sebab sifat mimpi adalah subjektif. Dengan demikian,
kita harus memposisikan mimpi sesuai dengan situasi dan kondisi serta tidak
sembarang memberitahukan mimpi yang dialami kemudian menceritakan mimpi tersebut,
karena dikhawatirkan seseorang yang mendengar akan menafsirkan mimpi dengan
tanpa ilmu sehingga menjadi permasalahan baik bagi orang yang mengalami maupun yang mencoba
menafsirkannya.
Ilmu tentang penafsiran mimpi jarang
sekali dibahas oleh para ulama, ulama yang terkenal membahas ilmu ini adalah
Muhammad Ibn Sirin (w. 110 H). Menyikapi hal ini penulis ingin
mengenalkan ilmu tentang penafsiran mimpi dengan referensi kitab منتخب
الكلام في تفسير الأحلام لإبن سيرين (Muntakhobul Kalam Fii Tafsiril Ahlam Imam Ibnu Sirin) serta
sumber-sumber yang berkaitan yang sudah jarang dipelajari bahkan disepelekan
oleh sebagian orang. Hal ini juga menyentak kesadaran penulis akan pentingnya
untuk mencoba meluruskan dan memberikan alternatif penafsiran mimpi yang lebih
disiplin
secara ilmu pengetahuan.
إذا اقترب
الزمان لم تكد رؤيا المسلم تكذب وأصدقكم رؤيا أصدقكم حديثا ورؤيا المسلم جزء من
خمسة وأربعين جزءا من النبوة وفي رواية
رؤيا المؤمن جزء من ستة وأربيعن جزءا من النبوة
وفي رواية الرؤيا الصالحة جزء من سبعين جزءا من النبوة
رواه مسلم
"Apabila zaman telah dekat,
hampir mimpinya orang muslim itu tidak pernah dusta. Paling benarnya mimpi di
antara kalian adalah paling jujurnya berkata. Mimpinya seorang muslim itu
adalah bagian dari 45 bagian kenabian (dst)." Diriwayatkan oleh Muslim.
Dalam kitab al-Minhaj fi Syarh Shahih Muslim karya Imam an-Nawawi beliau
mensyarahi hadis tersebut pada كتاب الرؤيا
قوله sebagai berikut.
قال الخاطبي وغيره قيل المراد إذا قارب الزمان أن يعتدل ليله ونهاره وقيل المراد إذا قارب القيامة والأول أشهر عند أهل غير الرؤيا وجاء في حديث ما يؤيد الثاني والله أعلم قوله صلى الله عليه وسلم وأصدقكم رويا أصدقكم حديثا ظاهره أنه على إطلاقه وحكى القاضى عن بعض العلماء أن هذا يكون في آخر الزمان عند إنقطاع العلم وموت العلماء والصالحين ومن يستضاء بقوله وعمله فجعله الله تعالى جابرا وعوضا ومنبها لهم
"Al-Khatthabi dan lainnya
dikatakan maksud jika telah dekat suatu zaman adalah ketika malam dan siang
akan seimbang/lurus dan dikatakan maksud jika telah dekat ialah kiamat.
Pendapat pertama lebih masyhur di kalangan selain ahli penafsir mimpi. Telah
sampai sebuah hadis yang menguatkan pendapat yang kedua (paling
benarnya...dst). Dzohirnya hadis tersebut ialah kemutlakannya (umum). Sebagian
ulama menceritakan bahwa pada akhir zaman ketika ilmu telah diangkat, para
ulama dan orang-orang shaleh wafat. Adapun oang-orang yang dicari ucapannya
serta amalannya, Allah Swt. jadikan terhadapnya orang yang benar, seorang pengganti
dan penggerak bagi mereka (orang tersebut adalah pengganti para ulama dan
orang-orang saleh yang telah wafat)."
Adab bermimpi
Dalam kitab Muntakhab al-Kalam Fi
Tafsir al-Ahlam karya Ibn Sirin beliau mengutip Abu Sa'id "Engkau akan
melihat ilmu yang bermacam-macam, di antaranya ada yang bermanfaat untuk dunia
tetapi tidak untuk agama dan ada ilmu yang memberikan manfaat untuk dunia dan
agama. Ilmu tentang mimpi adalah di antara ilmu-ilmu yang bermanfaat untuk
agama, metode yang meringkas suatu hal, meminta tolong kepada Allah Swt. di dalam
permasalahannya terhadap apa yang Allah Swt. ridai dan sukai serta meminta
perlindungan kepada Allah Swt. atas bencana maupun fitnah yang menimpa. Sungguh Allah Swt. adalah pemberi
taufik dan sebaik-baiknya dalam memberi penimbangan".
Abu Sa'id berkata "Manusia butuh
menegakkan adab supaya mimpinya mendekati kebenaran, di antaranya:
1. Membiasakan diri untuk berkata yang
jujur (hati yang tulus dan tidak memandang orang dari luarnya saja)
2. Menjaga tabiat fitrah manusia
dengan sungguh-sungguh
3. Tidur dalam kondisi suci
4. Tidur mengarah ke sisi kanan
5. Tidur menghadap kiblat
6. Tidur dengan meletakkan tangan di
bawah pipi
7. Berdoa
Mimpi yang benar dan salah
Mimpi terbagi menjadi dua bagian yaitu haq dan bathil. Mimpi yang haq yaitu sebagaimana manusia melihat sesuatu saat keadaan terjaga sekiranya seperti pohon bergerak hingga daunnya berjatuhan, tidurnya tidak dalam keadaan banyak pikiran dan tidak mengharapkan sesuatu dari apa yang ia lihat saat tidurnya nanti dan tidak akan batal kebenaran mimpi dalam keadaan junub maupun haid. Adapaun mimpi yang bathil yaitu sebagaimana yang telah disebutkan seperti disebabkan nafsu, hasrat dan keinginan serta tidak ada penafsiran untuk hal sepert ini begitupun mimpi keluarnya mani tidak ada takwil serta mimpi rasa takut, kegundahan yang berasal dari setan tidak ada takwil.
Paling benarnya suatu mimpi
Mimpi yang paling benar biasa terjadi saat siang hari dan akhir malam sebagaimana Nabi Muhammad Saw. bersabda, أصدق الرؤيا ما كان بالاسحار, “Paling benarnya mimpi waktu menjelang shubuh,” beliau juga bersabda, أصدق رؤيا النهار لأن الله تعالى أوحى إلي نهارا, “Paling benarnya mimpi adalah waktu siang, sebab Allah Swt. memberikan wahyu kepadaku saat waktu siang,” dan dihikayatkan pula oleh Ja'far ibn Muhammad as-Shadiq, أصدق رؤيا القيلولة, “Paling benarnya mimpi adalah waktu qoilullah.”.
Adab orang yang bermimpi
Abu Sa'id berkata bagi orang yang bermimpi harus mempunyai adab serta butuh untuk dipegang teguh dan adanya batasan-batasan yang tidak boleh dilampaui:
1. Tidak boleh menceritakan kepada orang yang iri dengki, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur'an, Nabi Ya'kub melarang Nabi Yusuf untuk menceritakan mimpinya kepada saudaranya.
2. Tidak boleh menceritakan kepada orang bodoh.
3. Tidak boleh berbohong saat menceritakan mimpinya.
4. Tidak boleh menceritakan mimpinya kecuali dalam keadaan secara rahasia.
5. Tidak boleh menceritakan mimpinya kepada anak kecil dan wanita (dikhawatikan sifat tabiatnya wanita, dikecualikan wanita yang benar-benar bisa menjaga kehormatan saudaranya begitupun dengan laki-laki).
Adab orang yang menafsirkan mimpi
1. Mengatakan bahwa apa yang dimimpikan itu baik.
2. Menafsirkan mimpi dengan sebaik-baiknya prasangka.
3. Mendengarkan cerita mimpinya dengan saksama, kemudian dipahami lalu menjawab persoalan yang diminta.
4. Menafsirkan dengan tidak terburu-buru.
5. Menyimpan rahasianya serta tidak memberitahukan kepada orang lain.
6. Menafsirkan mimpi harus disesuaikan dengan orang yang bermimpi.
Referensi
منتخب الكلام في تفسير الأحلام لإبن سيرين
المنهاج في شرح صحيح مسلم
Editor: Muhammad Wildan Najwanuddin