Opening IQTAF Mengabdi. Foto: Pribadi
IqtafNews—Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Al‑Qur’an dan Tafsir (HMJ IQTAF) Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon melaksanakan program IQTAF Mengabdi bertema “Bersama Masyarakat, Menebar Manfaat” selama sepuluh hari, terhitung sejak 22 Juni hingga 1 Juli 2025 di Desa Bojong, Kecamatan Kramatmulya, Kabupaten Kuningan.
Desa Bojong
dipilih berdasarkan hasil survei tim pelaksana dengan mempertimbangkan beberapa
faktor, seperti adanya masjid aktif yang dapat menjadi pusat kegiatan, potensi
literasi masyarakat, kebutuhan pendampingan lingkungan serta ekonomi lokal,
serta letaknya yang cukup strategis dan mudah dijangkau dari kampus untuk
mempermudah monitoring berkelanjutan.
Seremoni
pembukaan dilaksanakan pada Sabtu, 22 Juni 2025 dan dipandu oleh Dyvan Valeeda
Zafirah dan Fara Abelliana. Rangkaian acara dimulai dengan pembacaan ayat suci
Al-Qur’an dan shalawat oleh Maryam Munawawiah, dilanjutkan menyanyikan lagu
“Indonesia Raya.” Sambutan-sambutan disampaikan oleh berbagai pihak, termasuk
Ketua Pelaksana Muhammad Nurul Amin, Ketua Umum HMJ IQTAF Marits Mada Sungkar,
Ketua Dema Fakultas Ushuluddin dan Adab Muhammad Said, Ketua Jurusan Ilmu
Al-Qur’an dan Tafsir Dr. Mohammad Yahya, M.Hum., Ketua DKM Desa Bojong Iim
Imamudin, dan Kepala Desa Bojong Adnan.
Dalam sambutannya, Muhammad Nurul Amin mengutip sabda Nabi yang berbunyi, “Khoirunnas anfa’uhum linnas”—sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Ia menyampaikan bahwa IQTAF Mengabdi adalah wadah konkret untuk menafsirkan nilai kebermanfaatan di tengah masyarakat yang kompleks. Ketua Umum HMJ IQTAF, Marits Mada Sungkar, menyampaikan apresiasi kepada seluruh panitia yang telah merancang kegiatan dengan penuh dedikasi. Ia berharap bimbingan dari para tokoh masyarakat dapat membantu pelaksanaan program menjadi lebih bermakna dan berkualitas.
Sementara itu, Ketua Dema FUA, Muhammad Said, menegaskan bahwa pengabdian kepada masyarakat bukan hanya soal program kerja, tetapi juga latihan menghadapi realitas sosial.
“Di kehidupan nyata nanti, masyarakat tidak peduli gelar kita. Yang mereka tahu, kita mahasiswa. Maka yang diharapkan adalah ilmu dan manfaat,” ujarnya. Ia menyebut kegiatan ini sebagai miniatur dari dunia nyata yang menanti para mahasiswa setelah lulus.
Ketua DKM Desa Bojong, Iim Imamudin, menyambut hangat kegiatan ini dan menyatakan bahwa keberadaan mahasiswa sangat membantu, terutama melalui program pesantren kilat, santunan anak yatim, dan bakti sosial. Ia mendorong mahasiswa untuk tidak ragu melakukan kegiatan baik di tengah masyarakat karena nilai manfaatnya sangat besar. Kepala Desa Bojong, Adnan, dalam sambutannya menyampaikan kebahagiaan dan kebanggaan karena desanya terpilih sebagai lokasi IQTAF Mengabdi. Ia juga menyampaikan permohonan maaf jika penyambutan masyarakat belum sepenuhnya maksimal.
“Kami siap mendukung dan memfasilitasi kegiatan mahasiswa. Ini menjadi tolok ukur kualitas pembelajaran yang telah didapat di bangku kuliah, untuk diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Teori di kampus memang tak selalu sama dengan praktik di lapangan—berbeda, namun tetap saling terhubung,” ujarnya.
Ia juga menitipkan pesan agar seluruh kegiatan dijalankan dengan
profesionalisme dan disiplin, baik dari sisi komunikasi, penampilan, maupun
etika sebagai mahasiswa.
Selama sepuluh
hari pelaksanaan, IQTAF Mengabdi menghadirkan beragam program sosial-edukatif
yang dirancang secara tematik dan kolaboratif bersama masyarakat. Di antaranya:
sosialisasi pengelolaan sampah, kerja bakti lingkungan, pesantren kilat untuk
anak dan remaja, kunjungan UMKM, bakti sosial, senam bersama ibu-ibu, santunan
anak yatim, diskusi kepemudaan bertajuk “Rebahan: Remaja Membawa Perubahan,”
Camp Literasi, lomba kreativitas warga, serta Malam Puncak berupa pentas seni
kolaboratif. Mahasiswa menjadi fasilitator program, sementara masyarakat
menyediakan lokasi dan dukungan partisipatif.
Program ini
memiliki dua sasaran utama. Pertama, mahasiswa dapat melatih kepekaan sosial,
kemampuan manajerial, dan penerapan nilai-nilai keislaman secara praktis.
Kedua, masyarakat desa mendapatkan manfaat nyata dalam bentuk pemberdayaan
keagamaan, edukasi lingkungan dan ekonomi, serta ruang ekspresi seni budaya
yang inklusif.
Kegiatan ini juga menjadi upaya memaksimalkan fungsi masjid sebagai pusat pembinaan masyarakat, tidak hanya dalam aspek spiritual, tetapi juga sosial dan kultural. Harapannya, model pengabdian berbasis nilai-nilai Qur’ani ini dapat menjadi inspirasi bagi desa lain dalam membangun ruang kolaborasi yang berkelanjutan antara mahasiswa dan masyarakat.
Penulis: M. Iwan Ramdani | Editor: Putri Nattalia Nurazizah