|  | 
| Tangan mengepal dengan api membara. Pinterest/rawpixel | 
Bayangkan, rakyat marah karena melihat wakilnya hidup mewah, sementara mereka sendiri harus berjuang dengan harga beras dan ongkos hidup yang makin menekan. Dari jalanan Jakarta, Cirebon Kwitang bahkan sampai Makassar suara rakyat membesar jadi api kericuhan. Pertanyaannya adalah bagaimana Islam memandang gelombang amarah yang meledak jadi kekerasan?
Perspektif Islam dalam Kericuhan
1. Islam anti kerusuhan, pro keadilan
“Tidak
boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.” 
Namun Islam juga menolak kezhaliman.
Jadi, protes boleh, tapi harus dalam koridor damai (islami).
2. Keadilan pemimpin adalah kunci stabilitas
Pemimpin yang adil ibarat tiang
penopang rumah. Kalau goyah, masyarakat ikut retak. Maka kebijakan yang bikin
rakyat sakit hati seperti tunjangan DPR di tengah kesulitan ekonomi harus cepat
dikoreksi.
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.” (QS. Anisa: 58)
3. Musyawarah lebih utama daripada bentrok
Islam menekankan syura (musyawarah)
untuk mencari solusi bersama. Kericuhan hanya melahirkan dendam baru, sementara
dialog bisa membuka jalan rekonsiliasi.
“Urusan
umat itu diselesaikan dengan musyawarah di antara mereka.”
4. Cegah sebelum parah
Ulama menekankan prinsip menutup jalan menuju keburukan. Kalau sebuah aksi berpotensi jadi kekacauan, lebih baik dialihkan ke bentuk protes damai dan konstruktif.
“Mencegah kerusakan lebih diutamakan daripada meraih manfaat.”
Penulis: Sandy Guswimansyah | Editor: Taufik Fazri
 
							     
							     
							     
							     
 
 
 
 
COMMENTS